Tuesday, May 31, 2005

The Show

Some day my prince will come Some day I'll find my love And how thrilling that moment will be When the prince of my dreams comes to me He'll whisper "I love you" And steal a kiss or two Though he's far away I'll find my love some day Some day when my dreams come trueSome day I'll find my love Someone to call my own And I'll know him the moment we meet For my heart will start skipping a beat Some day we'll say I do Things we've been longing to Though he's far away I'll find my love some day Some day when my dreams come true.



Sekali lagi, Ruang Kelas 2 berubah jadi teater dadakan.

Sudah berminggu-minggu ini saya mengintip anak-anak berlatih dan mempersiapakan diri untuk lakon Snow White dalam pelajaran Bahasa Inggris. Kebetulan saya tidak mengajar Bahasa Inggris. Biasanya kalau pelajaran Bahasa Inggris saya memilih duduk dan mengamati dari pinggir kelas. Saya punya kepercayaan bahwa semakin banyak orang dewasa ada di sekelompok anak-anak, makin kacau suasana tercipta. Makin sedikit orang dewasa yang 'in control' makin anteng dan manis-manis mereka semua.

Kira-kira dua bulan lalu guru Bahasa Inggris mereka mengeluarkan order untuk menulis naskah drama Snow White. Melihat anak-anak bersemangat tapi bingung tidak tahu harus mulai dari mana, saya bantu mereka mulai. Kami baca ceritanya bersama-sama, lalu kami ulang lagi dalam bentuk dialog. Mereka menyelesaikan sendiri 4/5 bagian akhir cerita itu.

Dua minggu terakhir ini latihan mereka makin sering. Entah bagaimana caranya, bahkan anak-anak yang paling nggak mudeng bahasa Inggris pun bisa menghafalkan dialognya. Mereka membawa kostum-kostum dari rumah, dan membuat sendiri sebagian propertinya.

Minggu terakhir ini saya membantu mereka menjadwalkan (menyelipkan) waktu-waktu latihan menyanyi untuk penutup pertunjukan mereka, Someday My Prince Will Come. Kemarin mereka membuat undangan untuk diberikan pada kelas-kelas lain.

Today is the show. Mereka jadi tuan rumah untuk dua kelas yang datang bergiliran, dan menampilkan pertunjukan mereka dengan RAPI. Saya juga bingung kok mereka bisa memikirkan dan mengatur sendiri blocking di 'panggung'. Bahkan mereka ganti kostum sendiri. Gila bener...

Walaupun beberapa anak kelas 1 berkomentar ,'this is a show for baby' dan 'oh, i hate romantic scene', saya harus bilang bahwa pertunjukan mereka bagus. Bahwa mereka menyanyi dengan baik... dan mereka menulis naskahnya SENDIRI. Mau jadi apa mereka nanti kalau sudah besar....

Wait for my other surprise stories. The next two weeks will be the last weeks for us. They will move to 3rd grade and left me in 2nd grade with the 1st grade babies.

Monday, May 30, 2005

Notice Board

Seberapa sering anda, dan saya memperhatikan hal-hal kecil yang salah, menuding, lalu mencela?

Seberapa sering anda, atau saya memperhatikan hal-hal kecil yang baik, lalu memuji?

Kelas saya menyimpulkan bahwa hal yang kedua itu lebih sulit. Jauh lebih mudah mengingat Adam bermain curang, daripada mengingat suatu hari pernah hanya Adam seorang yang mau menemani main bola berpanas-panas jam tiga siang.

Hari ini, anak-anak mengisi satu papan penuh dengan 'the good things i've seen' yang mereka perhatikan dari seisi kelas. Mereka menulisnya dalam potongan kertas lalu menempelnya dalam matriks living values yang kami pelajari sepanjang tahun ini.

It is very interesting to read what they've written.

Chandra pernah bermain bersamaku sepanjang hari. Aku sayang Chandra - Dara-
Mita tidak pernah marah ketika kerja kelompok - Lika -
Lika kalau bermain tidak pernah membedakan jenis kelamin -Dito-
Aku pernah melihat Mita mendengarkan Bu Tia sedangkan yang lain tidak -Mini-
Aku, Mini, dan Lika pernah membuat gunung dari bubur kertas bersama-sama -Mita-
Adam selalu mengaku kalau tidak membawa tugas - Mita-
Anak Kelas 1 memang masih kecil. Tapi Dara selalu sabar main dengan mereka -Saras-
Aku pernah nakal sama Dito tapi Dito tetap mau main sama aku -Adam-


Mereka menghabiskan waktu sekitar 1 jam untuk membuat satu papan ukuran 90 x160 cm penuh dengan kertas-kertas itu. They write about 63 kartu berisi 'good things i've seen.'

Wow.

Jauh dan Dekat

Ceritanya kemarin saya mau liburan. Mau menghibur diri dengan menjauh dari anak di bawah umur dengan pergi ke luar kota, nonton pertunjukan musik yang sangat saya suka. Ternyata pikiran saya sudah dikutuk, diganduli penghuni kelas saya. Ketika sedang 'menghirup' musik Cozy Street Corner dalam-dalam, pikiran saya pun tetap melayang ke mereka, pengen ngajak nonton mereka. Apalagi waktu mendengar lagu Berlayar di Siang hari, dan Dendang Bersahutan. Saya yakin mereka pasti suka. Anak-anak ini lebih peka dan musikal dibanding saya yang pengetahuan musiknya parah sekali. Dan lagi, menonton live jauh lebih intens dibanding mendengarkan CD.

Bisa tidak, ya? Kapan ya?

Thursday, May 26, 2005

If i Had One Wish

Tadi tidak sengaja saya mendengar obrolan dua anak di kelas saya ketika makan pagi. Ini dikutip seperti aslinya.

A : If i have one wish, i want to be an amphibi.
B : Why?
A : It is fun. You can live both in the water and land.
B : If I have one wish, i want Bu Tia to be my mother.

Huaaaaa......

Wednesday, May 25, 2005

Tidak Bisa Dibohongi (Lagi)

Saya punya ide, yang saya pikir cemerlang, untuk evaluasi akhir kuartal ini. Daripada memberi puluhan lembar kerja yang... mungkin membosankan, saya membuat Olimpiade Kelas 2. Ini kata lain untuk sekumpulan lomba, kontes, pertandingan, permainan atau apalah namanya, berisi evaluasi bahan ajar setahun ini. Supaya lebih seru, saya dan teman-teman guru lain di kelas 2 sudah membuat piala, rossete, piagam, dan aneka perlengkapan lain.

Dengan penuh semangat saya menceritakan ide ini pada anak-anak. Saya menjelaskan jadwalnya, jenis permainannya, dan bagaimana mereka harus mempersiapkan diri. Saya meminta mereka untuk membuka lagi kumpulan lembar kerja mereka* sepanjang tahun ini.
Sebagian besar menyambut dengan penuh semangat dan sedikit kecemasan, "YEEEEE....!"
Sebagian kecil, sudah tidak naif** lagi untuk ditipu dengan trik-trik sulap, "Bu Tia, ini sebenarnya ulangan kan? Cuma bentuknya saja yang berbeda."

Damn.

* Anak-anak di kelas saya tidak punya buku tulis bernama dan berjudul PR, Latihan, dll. Mereka punya map yang selalu diisi dengan lembar kerja yang saya berikan hari itu juga. Kadang mereka memasukkan hasil menggambar, menggunting, menempel, dan lain sebagainya. Alasan keberagaman ini yang membuat saya berpikir buku tulis sama sekali tidak praktis. Akhir kuartal saya selalu menjilid hasil kerja mereka, meminta mereka membuat sampul sendiri, lalu mengirimnya pulang ke rumah bersama rapor mereka.

** Untuk Dodi, trust me, mereka sudah mulai tidak polos dan lugu lagi.

Thursday, May 19, 2005

Menulis

Saya ingin berbagi sebuah tulisan yang dibuat oleh Mita. Waktu itu kami baru saja menonton film The Miracle Worker. Saya meminta anak-anak menuliskan kembali apa yang mereka tonton. Saya cukup terkesan karena Mita mulai bertutur lancar, runut, dan... eh, ternyata dia sudah memakai kalimat majemuk!



Helen Keller adalah anak yang tidak bisa melihat dan mendengar. Helen Keller tinggal di Amerika. Dia sekolah dengan seorang guru bernama Anne Sullivan. Anne Sullivan mengajar Helen Keller berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat dengan cara meraba telapak tangan yang menyerupai huruf. Suatu hari, Ayah Helen Keller tidak setuju kalau Anne Sullivan bisa mengajar Helen dengan baik. Ayah Helen Keller memberi waktu dua minggu untuk mengajar Helen Keller di rumah yang terletak di dekat hutan. Hari pertama Hellen Keller belajar kata doll. Kemudian ia belajar banyak kata-kata seperti leaf, flower, pump. Selain itu Anne Sullivan juga mengajarkan bagaimana cara makan dengan benar menggunakan sendok dan garpu. Ia juga mengajar cara menggunakan dan melipat serbet dengan benar. Suatu hari Ayah Helen Keller datang membawa anjing menemani Helen. Pada hari itu juga Helen belajar kata dog. Ayah Helen Keller sangat senang dengan keberhasilan Helen. Setelah dua minggu berlalu ayahnya Helen datang untuk menjemputnya dan mengajaknya makan siang bersama keluarga. Saat Helen sudah dewasa ia mendapat suatu penghargaan dari presiden.



Sebetulnya, saya tidak tahu seperti apa anak kelas 2 SD pada umumnya menulis.
Di dalam kurikulum nasional untuk kelas 2, tidak terlalu banyak materi mengarang bebas atau membuat laporan. Anak-anak baru diharapkan sampai pada tahap membuat kalimat sederhana, menceritakan dan mengurutkan beberapa gambar menjadi satu cerita, atau menulis percakapan sederhana.

Saya, senang sekali membuat kegiatan menulis untuk anak-anak. Kemampuan verbal mereka sudah semakin baik. Mereka sudah ingin bercerita lebih banyak dari gambar-gambar yang biasa mereka buat. Kesempatan baik, bukan, untuk membuat mereka terbiasa menulis?

Awalnya tentu jauh sekali dari tulisan Mita. Hanya satu orang yang sudah bisa menulis lebih dari lima kalimat dengan lancar, dan itu bukan Mita. Lainnya? Tiga kalimat lalu berhenti."Apa lagi bu???". Dua orang belum bisa membuat spasi di antara kata, juga masih berjuang untuk bisa membaca dengan lancar.

Saya setengah memaksa mereka menulis, sebenarnya. Saya menggunakan berbagai taktik. Saya potong kertas-kertas berbentuk daun, kapal, dan entah apalagi. Mereka saya minta menulis di kertas-kertas itu. Mereka tidak sadar, ketika menulis di enam helai daun kertas, sebenarnya mereka sudah menulis satu halaman folio. Hahaha... guru harus bisa jadi tukang sulap juga.

Saya menahan diri untuk tidak selalu mencerca ejaan dan tanda baca mereka. Saya ingin, anak-anak melepaskan dirinya untuk menulis.

Saya perkenalkan cara membuat web/mindmap/jaring tema untuk membuat kerangka karangan. Saya agak pesimis, sampai kemudian kaget sendiri karena melihat anak-anak merapatkan acara liburannya MENGGUNAKAN mindmap itu tadi. It worked very well though, karena sejak itu anak-anak bisa menulis cukup lancar. Lancar berarti mereka tidak merasa kehabisan ide, mereka bisa menulis semua hal yang ingin mereka tulis tanpa ada yang hilang, dan mereka bisa menikmati kegiatan itu selama satu jam tanpa putus.

Akhir-akhir ini saya menikmati sekali membaca tugas-tugas menulis mereka. Terkesima sendiri. Kok mereka bisa ya menulis seperti itu? Mengingat hari-hari pertama mereka di kelas 2... tidak bisa menulis di atas garis.... Hehehe.
They grow very fast.


Tuesday, May 17, 2005

Banyak Cara Untuk Bercerita

Dua minggu yang lalu, teman saya bersedia menjadi tamu di kelas saya. Teman saya, Adi Respati, menguasai bahasa isyarat. Saya mengundangnya karena kelas saya sedang belajar tentang berbagai cara berkomunikasi, termasuk perkenalan pada huruf Braille dan bahasa isyarat.

Anak-anak senang kedatangan tamu. Saya juga senang, karena bisa bebas mengajar satu jam, hehehehe. Bercanda. Anak-anak saya sangat gembira ketika itu. Kebetulan di acara Out of The Box-nya Disney Channel sehari sebelumnya ada materi tentang bahasa isyarat. Tamunya belum datang, anak-anak sudah pamer pada saya bagaimana caranya menyanyikan lagu penutup acara itu dalam bahasa isyarat. Mereka benar-benar sudah siap lahir batin hari itu.

Pak Adi (begitu anak-anak memanggilnya) tampil memukau di kelas. Ia sudah membuat anak-anak tertawa dan tertarik dalam dua menit pertama. Adi bercerita tentang sejarah bahasa isyarat, bagaimana bahasa isyarat mulai dipakai di Indonesia, dan juga tentang sebuah desa di Bali yang penduduknya menggunakan bahasa isyarat karena mayoritas bisu dan tuli.

Sesi berikutnya, Adi menunjukkan cara membuat isyarat untuk nama seseorang dan meminta anak-anak membuat isyarat untuk namanya sendiri. jadi ada Dito yang Pendiam, Dara yang Selalu Senyum, Saras si Tukang Tanya, Mini yang Pandai Menyanyi, Mita yang Suka Menggambar, Lika yang Tinggi, Chandra yang suka main playstation, dan Adam yang Suka Mobil. Anak-anak belajar bilang 'horeeee' atau 'hebat' dengan mengangkat tangan sambil menggerak-gerakkannya sebagai ganti tepuk tangan. Orang tuna rungu kan tidak bisa mendengar suara tepuk tangan.

Kegiatan berlanjut dengan belajar mengeja, main tebak kata sambil mengeja, dan yang paling seru: menanyakan apa isyarat untuk kata "....". Isilah titik-titik tadi dengan kata apa saja! Anak-anak bertanya tentang isyarat ayah, ibu, selamat pagi, cantik, sampai unik dan meteor. Cobalah bayangkan! Anak-anak maupun Adi sama-sama excited-nya dan hampir-hampir tidak mau berhenti. Kami sampai kehilangan jam makan siang.

Sampai hari ini anak-anak masih suka mengadakan kontes diam, dan hanya bicara dengan mengeja alfabet dalam isyarat. Kemarin salah satu ibu mereka sampai 'mengeluh' pada saya karena anaknya protes. Mama gimana sih kok nggak bisa? Si Ibu hanya menjawab, "Mama waktu sekolah nggak pernah diajarin, Mbak...".

Hehehe. Kasihan ibu-ibu. Suka kena tulah isengnya Bu Tia. Kakak Mini juga protes pada ibunya, "Ngapain sih bu, si adek belajar bahasa isyarat segala?'

Bukan untuk menguasai bahasa isyarat sebenarnya. Saya hanya ingin anak-anak tahu dan sadar bahwa ada banyak cara untuk bercerita. Bahasa Indonesia dan Inggris hanya dua dari entah berapa bahasa di luar sana. Huruf latin hanya sedikit dari entah berapa jenis alfabet yang dikembangkan manusia sepanjang masa sejarah. Orang tidak selalu menulis dari kiri ke kanan. Orang tidak selalu mengangguk untuk bilang iya.

Ada ratusan cara untuk menyampaikan dan mendengarkan cerita, baik pada teman-teman yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tidak bisa bicara, tidak bisa membaca, atau yang berbicara dengan bahasa berbeda.

*Terimakasih banyak untuk Adi Respati yang sudah bercerita pada kami.

Sunday, May 15, 2005

Birthday Surprise

Saya ulang tahun yang ke 25 hari Minggu ini. Hari Minggu- saya hampir tidak bertemu siapa-siapa kecuali seisi rumah. Ibu saya memasak makanan semeja penuh. Ia membelikan satu kotak besar strawberry cheesecake, satu dari daftar My Favourite Things.

Saya menghabiskan malam dengan pikiran melankolis dan bantal yang basah. Entah kenapa saya jadi sentimentil memikirkan hari-hari yang sudah saya lewati. I thanked Him for every single spot in my life. Semuanya, tanpa kecuali.

Saya pikir, hari ini akan berlalu seperti biasa dan tidak lebih istimewa dari makan siang masakan ibu saya. Ternyata saya salah. Sebuah mobil berhenti di depan rumah. Saya mengenalnya sebagai mobil Mini. Ibu Mini turun dan mengucapkan selamat ulang tahun pada saya. Katanya, "Bu, ikut saya, ada kejutan!"

Dan.... seisi kelas saya turun dari mobil dan berteriak "Happy Birthday Bu Tiaaa..."
Saya dihujani pelukan dan hadiah. Saya terlalu terharu untuk mengeluarkan air mata. Saya juga terlalu bahagia sampai tidak bisa melepaskan senyum dari bibir saya.

Orang tua mereka menatap saya dengan pandangan setengah bangga dan setengah heran ' Bu Tia, ini anak-anak yang merencanakan sendiri. Kami baru diberitahu kemarin sore."Ternyata anak-anak sudah mengatur agar mereka bertemu di rumah Mita pukul 10.30. Mereka sudah membagi tugas untuk menyuruh para ibu membawakan makanan. Mereka sudah pergi beli kado. Mereka juga sudah membuat kue ulang tahun berlapis cokelat. Bantet, tapi itu kue paling indah yang pernah saya lihat.

Mereka menghabiskan sepanjang sore di rumah saya yang sempit. Memeriksa semua ruangan, mewawancara ayah, ibu dan tante-tante saya tentang ikan-ikan dan segalanya. Mereka berlari-lari di taman depan rumah. Memetik rumput-rumput menjadikannya seikat dan mengatakan pada saya itu adalah kejutan.

Para ayah dan ibu bilang, mereka punya Surprise List. They fulfill it for the next one hour. Setiap lima menit mereka datang pada saya dengan kertas bergambar, kapal kertas lipat, dan entah apalagi dan bilang, "this is my surprise for you!"

Ini adalah ulang tahun terindah yang pernah saya rasakan.
This is more than a pay off. Saya dapat lebih dari yang berhak saya peroleh.

Hari ini saya jadi kepingin melakukan lebih banyak hal untuk orang lain di sekitar saya. Ketularan anak-anak sepertinya.

Hm... kadang-kadang sulit membedakan gembira dan bahagia. Untuk kejadian kali ini, saya akan mendeskripsikan sebagai; saya sedang bahagia.

Saturday, May 07, 2005

Optimis

Hari ini, sekali lagi, saya terjebak keharusan ikut training di sebuah sekolah di Pondok Labu. Sigh. Saya sebenarnya malas sekali. Tapi minggu lalu saya sudah berhasil lolos dan akhirnya sibuk belanja bahan di Pasar Mayestik bersama teman-teman perempuan. Masa minggu ini mangkir lagi.

Jadilah tadi saya pergi, berdua dengan teman saya. Di depan sekolah kami menatap papan materi dan ruangan. Reading Assesement, sudah pernah. Social Studies, untuk anak SMP. Writing Assesement, sedang ngantuk. Movement Education for All Ages. Naaaa..... kami langsung ke ruang serbaguna lantai tiga. Mengintip ke dalam. Musik menyala, video sedang disiapkan. Di sekeliling ruangan ada simpai-simpai bertebaran, bean bags, bola, dan sebagainya. Penuh warna. Laura si instruktur pakai celana pendek dan sepatu olah raga. Menarik kan?

Peserta yang lain masuk dengan training suit DAN tas olahraga berisi baju ganti. Saya berpandangan dengan teman saya tadi. Jadi nih? Jelas sudah kami salah kostum. Kemeja dan selop hak tinggi sungguh nggak matching dengan topik hari ini. Teman saya angkat bahu, sudahlah. Jadi kami pun menghabiskan setengah hari loncat ke sana kemari, bergulingan, pura-pura jadi bintang laut, bola, tembok, lilin, atlet dan sebagainya. Tidak ngantuk memang, tapi lengket dan berkeringat.

It was a perfect training for a weekend.

Saya sudah lupa dengan rasa malas yang menyerang kemarin dan tadi pagi. I gain back my optimism. Keluar dari kelas itu saya sudah cukup ceria untuk mengujicobakan pengetahuan baru hari ini.

Saya juga tertular semangat dari teman-teman yang satu profesi. Pak Nas... siapa itu tadi yang minum kopi sama saya waktu coffee break. "Mengajar itu dapatnya kepuasan batin, bukan duit. Ya nggak sih, non? Setiap hari lucu, semangat... saya nggak pernah bosan."

Saya tersenyum. Senang punya teman yang mengerti tentang apa yang saya rasakan setiap hari, kecintaan saya, tanpa harus cerita berpanjang-panjang. Saya juga tersentuh melihat mereka semua hari ini. Mereka bukan guru-guru membosankan yang jarang tersenyum, tidak mau dikritik, galak dan tukang nyuruh mencatat dan mengerjakan soal. Mereka orang-orang yang selalu senang hati berbagi pengalaman, ingin belajar hal baru, ingin membuat anak-anak senang belajar, dan menikmati pekerjaan mereka.

I was soo happy seeing these people ditengah ramainya berita tentang anak bunuh diri dan sekolah ambruk, dan uang sekolah yang tidak terbayar. Memang orang-orang ini, kami, tidak bisa menyentuh semua anak di negara ini. Tapi kan tangan kami cuma dua. Anyway, training-training tadi juga diselenggarakan buat sekolah-sekolah negeri. Wah, saya makin semangat.

I might sound too optimistic in this blog.Tapi semua yang saya lihat hari ini memang menyalakan tombol optimis itu tadi. Senang lho...

Friday, May 06, 2005

Ulang tahun di Amigos pake band

Bulan ini Adam akan ulang tahun yang ke delapan.

Adam bilang pada ibunya bahwa ia ingin pesta ulang tahun di Amigos dan pakai band.

Ibunya Adam keheranan dan bertanya-tanya pada salah seorang teman saya, " Memangnya Adam nggak terlalu kecil ya untuk minta seperti ini?" Saya yakin pikiran ibu itu melayang ke ulang tahun kevin yang ke 7, di KFC Kemang, dengan Badut Chaki dan permainan ular naga.

Mendengar cerita ini saya tertawa sampai keluar air mata. Saya juga tidak tahu Adam dapat ide 'ulang tahun pakai band' ini dari mana. Saya tertawa membayangkan Amigos akan berantakan dilibas satu geng anak-anak kelas 1 dan 2 SD.

Though you work with these children everyday, you will never ever be able to predict their surprises.