Tuesday, February 24, 2009

Bangun pagi pagi


Awalnya, Riri bercerita bahwa ia mengerjakan tugas observasinya di teras rumah sehabis subuh.

Sehabis subuh?

Iseng saya bertanya pada anak-anak, apakah mereka perlu dibangunkan orang lain untuk bangun di pagi hari.

Separuh kelas menjawab; tidak.

Serius? Bangun sendiri? Tahukah kalian banyak orang tua bertengkar dengan anaknya tiap pagi karena tidak mau bangun dan lambat bersiap hingga hampir selalu terlambat ke sekolah?

"Iya. But i just got the feeling i have to wake up, Bu."

Wah, bagaimana caranya ya? Bahkan saya yang diyakini The Great Alexander lahir dengan jam dalam perut pun masih perlu alarm, dan bahkan perlu dibangunkan sesekali.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana caranya punya anak yang bisa bangun sendiri kalau pagi?

Saya masih terkagum-kagum.

Wednesday, February 18, 2009

Mencoba Sendiri

Pesawat Sederhana biasanya bukan topik favorit saya. Tahun lalu, kecuali tentang pameran yang hasilnya baik, saya tidak merasa sukses membawa topik ini ke dalam kelas.

Tahun ini, saya memutuskan untuk mengajak anak-anak mencoba sendiri. Minggu lalu, saya meminta anak-anak memanjat "arena panjatan" di aula, dan naik tangga ke lantai dua. Lalu saya minta mereka mengangkat 5 ensiklopedi sekaligus naik tangga, dan mendorong ensiklopedi itu di pegangan anak tangga. Saya juga minta mereka membuat jahitan jelujur dengan jarum yang tajam, dan jarum yang tumpul.

Satu jam kemudian kami berkumpul, dan saya tanyakan pada mereka, "Sekarang apa yang kamu ketahui tentang bidang miring?" Pengalaman satu jam panjat memanjat, angkat mengangkat, dan jahit menjahit sudah membuat anak-anak bisa menyimpulkan bagaimana bidang miring bisa menghemat tenaga. Makan banyak tempat sih, tapi memudahkan kita bekerja.

Hari ini saya mencoba hal yang hampir serupa.

Saya mengeluarkan satu set katrol dan berkata, "Bu Tia tidak pernah memakai alat ini dan belum tahu bagaimana caranya." Itu benar. "Hari ini giliran kalian yang mencari tahu, dan ajari bu Tia bagaimana cara memakai katrol."

Anak-anak langsung berhamburan ke seluruh penjuru kelas untuk mencari barang-barang yang akan mereka gunakan. Mengingat katrol cuma ada tiga dan kami bersembilan, saya memberi dua tugas lain untuk dicoba. Yang pertama membandingkan besar gaya saat menarik benda pada dua bidang miring yang berbeda kecuramannya. Yang lain adalah mencoba mengangkat benda dengan letak titik tumpu yang berbeda-beda.

Sebentar saja semua sudah sibuk. Mengobrol juga sih, tapi bahkan Nina dan Anna tak perlu waktu lama untuk membuat "flying fox" dengan katrol bebas yang berjalan-jalan. Girang sekali mereka naik ke bangku dan merentangkan tali menyeberangi ruangan hanya untuk membuat katrol bebas bergerak.

Adinda sedang mencoba ini.


"Bu, kenapa sih kalau titik tumpunya lebih dekat ke titik kuasa justru tambah berat? Padahal kan lebih dekat dengan tangannya?"

Saya membawa Adinda ke kelompoknya. "Ayo, bagaimana menurut kalian? Mengapa bisa seperti itu?"

Agung berusaha menjelaskan, "Ininya kan jadi panjang bu. Jadi ininya nambah ke situ. Makanya berat."

Maksudmu Gung, lengan bebannya jadi panjang, dan itu menambah berat beban? Saya kagum juga Agung mau mencoba menjelaskan.

Hari ini semua benar-benar mencoba sendiri. Kelas mirip sirkus (sungguh, saya merekamnya dan sampai sekarang masih suka menontonnya sambil senyum-senyum sendiri), tapi yang jelas, kami belajar tanpa disuapi.

Gambar dari The Science of Gears

Friday, February 13, 2009

Bahasa dan Identitas

Language expresses Identity. Language is integral to the development of identity. There is a close link between the ability to control the different functions of language and learner's own personal, social, intellectual, and imaginative development. The ways in which learners view the world are moulded by their language development.

Kurikulum New Zealand


Jadi begini, kalau kita membiarkan anak-anak berbahasa dengan ngawur, apalagi tidak punya akar bahasa yang kuat, bagaimana mereka bisa memahami dunia apalagi mencapai tahap terakhir dalam perkembangan moral Kohlberg?

Partai Kampanye

Ibu Guru Kelas 6 minta ijin agar jam pembuka pagi ini boleh dipakai kelasnya untuk kampenye di kelas 5. Ya, Kelas 6 sedang pura-pura pemilu lengkap dengan KPU dan para partainya.
Ada 4 partai berkampanye di kelas 5. Masing-masing menjelaskan visi dan misi partainya berikut makna simbol-simbol yang mereka jadikan lambang partai.

Saya terkejut melihat partai Mini dan Saras menguraikan visi dan misi dengan benar. Misalnya, visi mereka adalah mengurangi pengangguran, maka misinya jelas menyatakan akan membuka lapangan kerja di sini dan di sana. Mereka masih kelas 6.

Saya memperhatikan bahwa anak-anak menganggap serius isu lingkungan dan identitas sebagai bangsa Indonesia yang beragam. (YEY!)

Saya kagum melihat beberapa kelompok memilih simbol dan menceritakan bagaimana mereka memaknai simbol itu. Misalnya saja, kelompok Lika dan Mita memilih simbol kunci untuk mengatakan "kami tahu hal-hal kunci untuk menyelesaikan banyak permasalahan."

Saya pun menikmati kelompok Adam dan Leo yang dengan kocak menengahi kampanye dengan berkata, "Kami tidak akan mengajukan terlalu banyak visi dan misi. Nanti anda kira kami bohong." Lantas mereka menjelaskan (dengan penuh semangat) tentang visi mereka untuk membangun Disney Land di Jakarta.

Kelas 5 tertarik. Mereka berkomentar, menghitung waktu, dan mulai menimbang-nimbang pilihan mereka untuk pemilu hari Senin besok.

"Bagaimana? Jadi kalian kampanye 2 menit dan kami punya waktu 2 hari untuk berpikir?"

"Bu, aku suka partai itu karena bicara tentang lingkungan. Tapi aku tidak mau pilih mereka, because they are the girls team."

Di dunia nyata nak, BANYAK yang berpikir seperti itu. Hm.

Saturday, February 07, 2009

Hujan Hujan


Minggu ini hujan turun hampir setiap hari. Dinginnya minta ampun. Di kelas, kami sering lupa menyalakan AC sampai siang. Sampai Agung harus memohon, "Bu, can we turn on the AC, please?

Flu membuat tissue dan bunyi srat srot terdengar dari mana-mana.

Adinda menggambarkan keinginan kami (well, mungkin keinginan saya, tepatnya) dengan baik.
"Bu, tahu nggak, sekarang enaknya ngapain?"

"Apa?"

"Di balik selimut, buat cokelat panas, lalu baca buku atau nonton film...."



"..."









Pulang yuk, pulang....