Saya sudah menunda pembicaraan ini berminggu-minggu hingga nyaris hilang rasa.
Hari ini, kami mendapat pengumuman resmi yang menyatakan bahwa sepuluh murid angkatan pertama kami lulus dengan memuaskan. Lepas sudah semua beban di hati. Angka-angka itu memang mengagumkan, tetapi ketika sampai di tangan, saya menjadi semakin sadar bahwa ini hanya sebagian dari potret perjalanan belajar kami.
Nilai-nilai itu mengamini bahwa selama ini kami tidak hanya asal bersenang-senang dan bergembira. Dulu saya terheran-heran melihat SLTP Qarriyah Thayyibah di Salatiga berhasil lulus ujian akhir dengan nilai gemilang, sementara mereka tidak belajar dengan cara yang sama dengan semua sekolah unggulan di indonesia; duduk manis, mencatat, mendengarkan dan latihan soal. Mereka belajar dengan mengeksplorasi dunia. Kami mencoba menirunya sesuai dengan lingkungan kami.
Saya sempat merasa cemas dan bertanya-tanya, bagaimana cara mempertanggungjawabkan kegiatan belajar ala sirkus di sekolah kami saat ujian kelak. Bagaimana cara percaya bahwa belajar adalah proses panjang dan rumit melibatkan pikiran, tubuh, dan jiwa. Bagaimana cara percaya bahwa anak-anak berhak mengendalikan proses belajar mereka. Bagaimana cara percaya bahwa semua ini juga akan membawa hasil yang baik ketika dievaluasi dalam sistem.
Saya beruntung, bekerja bersama guru-guru yang mengajar sepenuh hati, orang tua yang sangat mendukung, dan anak-anak yang luar biasa. Mereka tidak pernah goyah sedikitpun dan setia pada proses belajar yang menyenangkan dan bemakna.
Acara pelepasan murid kelas 6 minggu lalu dan hasil ujian nasional minggu ini berarak seperti slide foto di hadapan saya.
Dengan bangga dan tulus hati anak-anak kelas 6 menghadiahkan Mars Kembang, hasil karya mereka sendiri, sebuah lagu kebangsaan untuk sekolah kami dengan lirik yang menggambarkan keseharian kami dengan indah. Saya sungguh terpaku ketika liriknya bercerita bahwa susah senang di sekolah mereka lewati tanpa mengeluh. Bahwa kita semua harus bergandeng tangan tanpa membedakan sesama. Bahwa mereka percaya, mereka dididik menjadi orang yang baik untuk mengubah dunia.
Lagu yang indah. Lagu yang menyentuh saya sebab kini terasa nilai-nilai yang ingin kami bagi dari balik materi menurut kurikulum sampai tepat di hati mereka. Pidato yang ditulis Bram dan dibacakan Adam menutup acara pelepasan itu dengan sempurna, "...semoga adik-adik kelas kami akan lebih membanggakan daripada kami."
Tidak ada yang lebih membanggakan nak, meluluskan kalian yang cerdas, sekaligus rendah hati. Tidak ada yang lebih kami syukuri lagi.
Hari ini, saya menyadari bahwa anak-anak ini pergi dengan meninggalkan hadiah yang paling indah buat kami, guru-gurunya. Sebuah inspirasi untuk terus menjadi guru, untuk belajar menjadi guru yang baik dan percaya bahwa setiap anak memang bisa berkembang melebihi harapan jika diberi kesempatan.
Ya, angkatan pertama kami tumbuh besar dengan guru-guru muda yang nyaris tidak tahu apa yang harus mereka lakukan di kelas bersama segerombolan anak-anak penuh tatapan ingin tahu. Anak-anak ini adalah rekan-rekan belajar pertama kami. Dari mereka kami belajar berbagi, belajar mendengarkan, belajar bersabar, dan belajar menjadi orang yang bahagia. Merekalah sebagian dari anak-anak yang membuka mata dan hati kami, bahwa kami memang semestinya berada di tempat ini. Belajar bersama anak-anak untuk tumbuh menjadi orang yang baik dan mengubah dunia.
Hari ini, saya merasa sebagai orang paling beruntung di dunia karena mendapat kesempatan menjadi bagian dan melihat dari dekat tumbuh kembang kalian. Lebih lagi, kami belajar banyak dari orang tua kalian untuk ayah dan ibu yang baik. Ayah dan ibu yang menularkan rasa bahagia dan berharga bagi anak-anaknya.
Pergilah, terbang. Jadilah orang-orang yang mengubah wajah dunia menjadi lebih ramah dan penuh harapan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
indeed. you have a wonderful personality, beruntunglah para anak murid itu. :) congratulations to you all for this achievement.
Post a Comment