Memulai tahun ajaran baru, meski sudah berkali-kali, tidak bisa dibilang mudah. Apalagi tahun ini guru-guru sedang disibukkan berbagai workshop sehingga waktu untuk menyiapkan kelas rasanya sempit. Makin dekat hari tahun ajaran baru tiba, makin deg-degan rasanya! Seakan semua belum cukup siap untuk menyambut anak-anak tiba di kelas kami.
Situasi seperti ini tentu mudah mengundang si uring-uringan datang. Syukurlah anak-anak tiba tepat waktu untuk mengingatkan bagaimana seharusnya kita bersikap menghadapi tantangan baru.
Melihat anak-anak kelas 1 dan TKA yang gagah berani masuk kelas sendiri sudah membuat saya tersenyum. Anak-anak yang lebih besar tentu sudah lebih dulu gedubrakan masuk kelas masing-masing.
Saya membunyikan bel tepat pukul 8 (yang tidak berguna, karena anak-anak sudah duduk manis tidak sabar di kursinya), dan partner in crime saya tahun ini, Bu Arum, memulai pekan orientasi kelas 5.
Salah satu tugasnya meminta anak-anak saling mewawancara tentang aneka hal kesukaan dan harapan mereka. 'Jika saya boleh mengajukan satu keinginan, maka keinginan saya adalah...'
"Menjadi penyanyi terbaik di dunia!" kata Gita.
"Menjadi pembalap motor!" kata Fia. Tak ada sekat laki-laki dan perempuan di benaknya. Semua bisa berharap jadi apa saja.
'Jika saya punya uang 5 juta rupiah, saya akan...'
"Beli satu apartemen. Bisa tidak, Bu?" Alma bertanya malu-malu. Ah, nak, tak ada harapan yang dihancurkan di hari pertama, bukan? Tulis saja.
Sederhana dan selalu membuat saya terkesan; bagaimana anak-anak begitu polos mengungkapkan perasaannya.
"Even the sky is not our limit," begitu kesepakatan Adinda dan kawan-kawan yang kini duduk di kelas 6.
Baiklah, ternyata tidak sulit memulai tahun ajaran baru dengan optimis. Selamat belajar!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment