Saturday, January 26, 2008

Membuat Pilihan Sulit

IPS tahun ini topiknya ekonomi. Wah, bukan bidang favorit saya. Acuan kurikulum mensyaratkan cakupan yang secelup-secelup tapi luas. Seperti misalnya, menjelaskan bedanya PT, Fa, CV, BUMN dan Koperasi.

Nah, kalau ada yang tahu caranya dan membuatnya menarik, bilang saya ya?

Dari beberapa hasil coba-coba, saya berpendapat bahwa, daripada asal celup-celup, lebih asyik kalau berenang sekalian di salah satu kolam, bukan semua kolam. Maka salah satu hal yang saya bahas di sub topik tentang produksi adalah tentang tenaga kerja. Supaya lebih mengena, saya memilih tentang tenaga kerja anak.

Empati mereka mudah timbul karena anak-anak kelas 5 sudah tertarik pada kehidupan lain di luar dunianya. Beberapa hari ini kami sudah jumpalitan melihat kerah-kerah baju, dari mana saja pakaian (dan benda-benda lain yang kami pakai) berasal. Kami membaca aneka cerita pekerja anak di seluruh dunia, dan mencari negara-negara tempat tinggal mereka dalam peta. Kami sudah lumayan menangkap konsep 'dengan modal sekecil-kecilnya mendapat untung sebesar-besarnya' atau apa saja yang membuat suatu kegiatan produksi terpengaruh.

Pagi ini, saya membagikan biografi singkat seorang anak bernama Iqbal Masih. Mendengar akhir ceritanya, anak-anak agak kaget. Tapi menurut Bram, keren.

Saya mengajak anak-anak berdiskusi tentang isinya, melihat apa yang terlintas di kepala mereka tentang hal ini. Kami menghitung-hitung bagaimana Iqbal bekerja 14 jam sehari, dibayar sekian sen sehari, dan bagaimana ia tak akan pernah bisa menutup besar hutangnya.
Kami bisa membayangkan uang sebesar 150 ribu rupiah yang baru bisa tertebus dengan kerja paksa berbulan-bulan, biasanya kami habiskan dalam dua jam untuk nonton di bioskop, membeli es krim, makan di restoran, dan bayar parkir. Oh iya, tidak bisa beli baju di mall kecuali sedang diskon besar.

Kami membahas latar belakang keluarga Iqbal ditengah protes anak-anak tentang mengapa ibunya tidak bekerja? Ayahnya kemana? Bagaimana dengan kakak tirinya?

Saya bertanya pada mereka, apakah menurutmu anak-anak seharusnya tidak boleh bekerja?

Lika : Seharusnya tidak apa-apa, asalkan ada batasan-batasannya seperti batas jam kerja.

Mini : Menurutku boleh Bu, asal anak itu mau sendiri dan bukan dipaksa atau terpaksa. Dan menurutku seharusnya mereka tetap bisa menjadi anak-anak.

Saras : Ya, barangkali perlu dibuat pekerjaan yang khusus untuk anak-anak.

Seperti apa, misalnya?

Saras : Seperti di toko kue. (Ia menyebut sebuah waralaba toko kue dan roti)

Bram : Iya, misalnya jadi kasir. Jangan di bagian oven.

Menarik sekali. Mengapa kasir, menurutmu Bram?

Bram : Ya, karena kasir seperti komputer. Tadinya aku tidak bisa juga pakai komputer, tapi setelah kupelajari lama-lama aku bisa.

Mengapa tidak boleh di bagian oven?

Bram : Yah, itu berbahaya. Meskipun sedang belajar, kalau salah bisa bahaya. Bisa terbakar! Anak-anak tidak seharusnya bekerja di tempat yang berbahaya.


Selagi anak-anak bekerja menuliskan unsur-unsur cerita dalam biografi singkat itu, saya memandangi panduan silabus saya. Mulai mencoreti bagian mana saya harus membuat pelajaran singkat tentang batasan pekerja anak, dan tempat bekerja yang berbahaya.

Oh iya, tidakkah menarik melihat mereka beranggapan bahwa mereka sudah bisa membuat pilihan (boleh bekerja asal tidak terpaksa dan dipaksa) sementara kita berpendapat bahwa mereka terlalu muda untuk mempunyai pilihan?

Bagian kekanakan dalam diskusi ini juga tetap ada ketika saya bertanya, apa yang akan kamu lakukan jika orangtuamu, seperti ibu iqbal, perlu pertolongan?

Mereka saling pandang. Seseorang berseru, "Akan kusuruh kakakku bekerja."

Hehe.

2 comments:

aisha said...

Pagi Bu Guru..salam kNal y :)
(pRofesi yg sNgat sy kagumi dan cita2kan)

bRuntung sKali sy m'Nemukn blog anda.
sNang bs mengetahui suasana d kLas anda,bGitu interaktif dan hidup. Syg suasana bLajr spt itu bAru bs sy dptkan d kampus.

tRus berSemangat dg pRofesinya!!
p(^_^)q

boLehkah sy Mnaruh link anda d blog saya? tRima kasih :)

Tia said...

senang berkenalan,

boleh saja... :)