"Tugas di rumah! Buat booklet tentang salah satu bencana alam yang sudah kita pelajari. Cara membuat bookletnya seperti ini (saya melipat-lipat kertas) dan isinya apa saja ya?"
"Apa penyebabnya!"
"Bagaimana cara menghindarinya?"
"Memang semua bisa dihindari?"
"Hm, enggak sih. Ok, bagaimana cara menyelamatkan diri!"
Selagi anak-anak seru menentukan isi booklet dan suit serta hompimpah memilih salah satu topik, tiba-tiba Mini nyeletuk, "Memang bookletnya buat apa?"
Saya bilang, untuk memberitahu orang lain. Kita ada di negara yang memang nasibnya akan sering terkena aneka bencana alam. Tidak semua orang tahu mengapa negara kita sering kena gempa atau sering ada gunung meletus. Dan masih banyak orang menjawab pertanyaan, "Mengapa terjadi banjir?" dengan jawaban "Karena banyak sampah".
"Memangnya banyak yang tidak tahu, Bu? Waktu sekolah dulu nggak diajarin?"
Saya tertawa. Seingat saya dulu, waktu SD banyak hal harus dihafalkan. Indonesia terletak di antara dua benua. Indonesia terletak di antara dua samudera. Gunung tertinggi di Indonesia adalah bla bla (sudah lupa). Gunung Krakatau meletus tahun sekian. Mana pernah ada pembicaraan tentang letak geografis Indonesia di antara tiga lempeng bumi sambil menggeret geret meja-meja. Mungkin itu terjadi di SMA, tapi saya sudah terlalu bebal dan alergi dengan kata pelajaran. Hihihi.
Saya beri contoh lain. Memang bagaimana dulu kami belajar perkalian? Pakai dadu, lingkaran dan bintang-bintang seperti kalian? Ya tentu tidak. Kami harus menghafalkan perkalian lalu nanti dipanggil satu per satu untuk membuktikan hafalan. Kalau tidak hafal bagaimana?
"Ya, disuruh duduk lagi untuk menghafalkan," kata Saras tenang.
"Hehehe, tentu tidak. Berdiri di depan sampai hafal. Enak saja boleh duduk."
Mini melanjutkan, "Jadi, gurunya memberi tahu, lalu muridnya mendengarkan saja. Tidak perlu berpikir."
"Ya, kurang lebih seperti itu."
"Pantas, kakakku marah-marah terus."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
"Pantas, kakakku marah-marah terus."
HAHHAHAHAHHAHAH... buTi... saya tidak bisa berhenti tertawa... toloongg...
Post a Comment