Dari pada tidak tahu sama sekali dan akhirnya jadi tak peduli, pilih mana? Lagipula akhirnya kami mencoba banyak cara dan permainan untuk berlatih menghafalkan. Contoh saja ide kami, jika anda membutuhkan!
Main MENGINGAT KALIMAT
Biasanya kami bermain dengan peta untuk mengingat letak ibukota provinsi. Caranya, kami duduk melingkar. Saya akan memulai dengan kalimat, “Saya pergi ke… (isi dengan nama ibukota provinsi, seperti
"Saya pergi ke Bandung dan Makasar dan Jayapura dan ... dan..."
“TOK TOK TOK”
“…hm… oh ya, PALU!”
"Saya pergi ke Bandung dan Makasar dan Jayapura dan Palu dan Pekanbaru, dan Padang dan... dan...."
“Ini lho, ini lho…(memegang-megang telinga)!”
Main MEMORY CARDS
Ini permainan tua, tapi kami masih suka memainkannya. Biasanya ada sejumlah kartu yang akan diletakkan terbalik. Anak-anak bergiliran membuka dua kartu. Jika dua kartu yang mereka buka sama, kartunya boleh diambil. Kalau dua kartu yang dibuka berbeda, kartu-kartu itu harus ditutup kembali. Pemain berikutnya akan melakukan hal yang sama. Sebagai modifikasi, kartu bergambar sama saya ubah jadi kartu yang berpasangan. Nama provinsi dan nama ibukota provinsi.
Minggu lalu saya meminta anak-anak menulis nama provinsi dan nama ibukotanya dalam kartu-kartu kecil. Mereka menulis dengan warna yang sama, atau memberi gambar-gambar yang bisa menjadi “reminder” nama. Contohnya ya tadi itu, telinga untuk Kupang. Setiap anak membuat satu set kartu dan selalu bisa memainkannya di mana saja.
Dara adalah momok menakutkan bagi teman-temannya saat bermain Memory Cards, karena ia hebat dalam mengingat. Anak-anak mulai protes, “Yah, Ibu, kalau main Memory Cards yang menang pasti Dara!” Mulut-mulut cemberut.
Main SETAN-SETANAN
Maka, saya menantang anak-anak mencari permainan baru dengan kartu-kartu mereka. Mita muncul dengan ide main setan-setanan. Ia menyembunyikan satu kartu dan membagi rata kartu sisanya. Mereka akan saling mengambil kartu di antara para pemain, untuk memasangkan kartu nama provinsi dan kartu nama ibukota provinsi. Anak yang memegang kartu terakhir (dan tentu saja tidak punya pasangan untuk kartunya, karena kartu itu disembunyikan) dialah yang ‘dapat setannya.”
Seharian ini kami main setan-setanan.
Awalnya banyak teriakan, “Iiiih, Adam! Masa Makasar ibukotanya Riau. Ngaco kamu!”
Atau pertanyaan ragu-ragu Leo, “ Bu ini benar tidak?”
Saras mengintip kartu Leo yang bertuliskan
PS:
No comments:
Post a Comment