Pagi ini, Kelas 6 dapat kunjungan dari BNN. Ini menyangkut salah satu topik pelajaran mereka tentang kenakalan remaja dan drugs abuse. Kelas 5 diikutsertakan (mengingat anggota kelas 6 hanya 10 orang), dan bisa diduga anak kelas 6 langsung jengkel.
It was a simple presentation, tapi seru juga ya. Anak-anak tak berhenti berkomentar dan bertanya. Apalagi kelas 5 (lho!) Saya datang dan pergi ke ruangan, tapi tetap bisa mendengar sekilas bagaimana percakapan di kelas itu berlangsung.
1.
Ibu Andin : Selamat pagi semua. Pagi ini kita kedatangan tamu dari BNN, Badan Narkotika Nasional. Kira-kira apa yang akan dibawakan ya?
Bram : Contoh-contoh narkotikanya?
Saras : HEI! Itu melanggar hukum. Bisa ditangkap, tau!
2.
Ibu BNN sedang menjelaskan efek samping penggunaan narkotika/psikotropika.
Ibu BNN: Biasanya pengguna akan membayangkan yang tidak-tidak. Seakan-akan ada sesuatu di sekitarnya padahal tidak nyata.
Dhidari : Oh, maksudnya halusinasi?
3.
Ibu BNN sedang menjelaskan bahwa obat penenang/obat tidur juga bisa disalahgunakan.
Lika : Kalau kita diberi obat dokter, seringkali ada obat tidurnya. Itu bagaimana?
Ibu BNN: Oh, tidak apa-apa. Itu sesuai resep, tidak berlebihan. Yang tidak boleh adalah berlebihan. Kamu makan berlebihan juga tidak baik, kan? Semua yang berlebihan tidak baik.
Adinda : Lho, kalau kebanyakan baca gimana?
4.
Ibu BNN menjelaskan bagaimana strategi perusahaan rokok mendapatkan pelanggan baru dengan mensponsori beberapa kegiatan remaja. Anak-anak kelas 6 langsung menanggapi dengan
"Ya, mereka kan uangnya banyak sekali, Bu. Film-film dengan tema remaja juga banyak disponsori perusahaan rokok."
Diskusi berlangsung makin mendalam, dan Ibu Andin makin gelisah seperti pelatih tim sepak bola di injury time. Time out! time out!
Maka Ibu BNN menutup sesi dengan bertanya, "Jadi, setelah mengetahui banyak hal tentang narkoba, apa yang dapat kalian lakukan di sekolah?"
Separuh kelas mengacungkan tangan.
Dimas bilang, ia ingin membuat poster. Tata bilang, ia akan membagikan selebaran. Dhiadri ingin menulis buku untuk diletakkan di perpustakaan. Musa ingin membuat miniatur brosur. Bram keheranan, brosur kan sudah kecil, tanyannya. Lika bilang ia dan teman-temannya ingin melakukan kampanye lewat website, mungkin bisa lewat Facebook dan Friendster.
Ibu-ibu guru preman yang berdiri di belakang lantas menepuk dahi. Oh, no!
Saras menutup sesi ini dengan bilang, "Saya dan teman-teman ingin kampanye di bundaran HI."
Kelas sudah mulai berbenah dan Ibu/Bapak BNN sedang membagikan suvenir ketika anak-anak kelas 6 mengelilingi saya, "Bu, boleh ya kita kampanye di Bundaran HI?"
Halah!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
gak papa bu tia, kampanye aja. Nanti saya tongkrongin di TV anak-anaknya bu Tia sama bu Tianya. Bawa spanduk yang gede..:D
wah, nanti dibilang eksploitasi anak-anak lagi... hihihihi
Post a Comment