Saturday, September 15, 2007

Makan

Satu perbedaan mencolok antara kelas 2 dan kelas 5 terletak di waktu makan. Di kelas 2 saya harus ikut membujuk (dan memaksa) anak-anak agar mau makan. Makan dan tidur is a big no-no untuk anak-anak umur tujuh tahun, sepertinya.

Di kelas 5 justru sebaliknya. Kami masuk kelas pukul 07.30 dan istirahat pukul 09.45. Jam sembilan pagi, anak-anak kelas 5 sudah mulai bertanya

"Buu... kapan makannya?"
"Buu, laper nih."

Dengan asumsi anak-anak sudah mengisi perut jam sepuluh pagi, kami masuk kelas lagi pukul 10.10. Saya curiga, pada saat itu anak-anak sudah menunggu waktu makan siang yang jatuh pada pukul 11.30.

Enaknya, saya bebas tugas mengawasi anak-anak makan, karena mereka pasti menghabiskan jatahnya dengan senang hati. Yang menyebalkan, setiap satu jam mereka sudah mengeluh lapar sementara kami sedang mengerjakan banyak hal.

Satu pengecualian untuk Leo. Ia masih juga tidak suka makan. Ia sering memandangi bekalnya selama lima menit untuk menimbang-nimbang apakah perlu dimakan atau tidak. Lebih sering lagi ia membawa bekal dua kotak makanan besar hanya untuk dicicipi sebanyak dua potong. Teman-temannya sering menegurnya agar ia mau makan lebih banyak.

Teguran ini bukan tidak berdasar. Angka ketidakhadiran Leo di kelas lumayan banyak akibat jatuh sakit. Sekarang teman-temannya (bukan cuma saya lho) ikut cemas. Setiap kami melakukan sesuatu saat Leo tidak ada, pasti ada saja yang bertanya, "Leo bagaimana ya, Bu. Sepertinya surat-surat untuk Leo sudah banyak menumpuk di meja Ibu."

Mereka tahu betul bahwa saya dan Bu Evi rajin menyusun lembar-lembar kerja yang harusnya jadi jatah Leo, menjepitnya dengan paperclip dan memberi tanda absen.

Teman-teman Leo sering mengabsen dengan bertanya, kali ini ada berita apa dari Leo. Suatu kali, kami mendengarnya sakit karena infeksi ini. Dua minggu kemudian, infeksi yang lain lagi.

Mita (yang setengah lemas karena masih demam) menggerutu, "hari ini infeksi itu, besok infeksi ini, kapan sehatnya."

Saras menambahkan, "Bu Tia, nanti kalau terima rapor Bu Tia harus bilang pada ibunya Leo bahwa dia susah sekali makan. Mungkin ada baiknya dia diinfus saja kalau di sekolah. "

Hihihihi.

Saya dan Bu Evie juga sering mendengar teman-teman Leo membujukLeo untuk makan yang sehat. Bujuk rayu ini tidak hanya dilancarkan di waktu makan, tetapi juga saat anak-anak menunggu giliran untuk memeriksakan jawaban matematika mereka.

Yah, semoga selera makan Leo cepat menyusul selera makan teman-temannya yang meroket itu. Paling tidak (menurut kami) ia punya lebih banyak cadangan energi untuk lebih sehat dan bersemangat.

1 comment:

Anonymous said...

this is totally unrelated to the current post, but somehow i recall that you were skeptical about the link between smoking and health. the following is an excellent, scientifically literate article from the nyt, questioning the rationale behind the many epidemiological studies commonly used in studying the impact of drugs, treatments, and lifestyles upon the health of individuals. smoking, however, passes the skeptical inquiry:
http://www.nytimes.com/2007/09/16/magazine/16epidemiology-t.html?ei=5088&en=ce441712a0047a76&ex=1347595200&adxnnl=1&partner=rssnyt&emc=rss&pagewanted=all&adxnnlx=1190182149-g6kmro0nrO9XSXOzUgpk1w