Sudah, sudah, saya tidak marah lagi karena youtube ditutup. Pakai akal sedikit, saya sudah bisa senyum lagi kok, hehehehe.
Akhirnya anak-anak bertanya juga. Tentang film itu, film youknowhat. Nanti kalau saya sebutkan, blog ini ikut diblokir juga lagi.
Ada apa sih dengan film youknowhat, tanya mereka. Maka berceritalah saya sesederhana mungkin tentang film itu. Bagaimana si youknowho yang membuat youknowhat menampilkan potongan-potongan ayat tanpa konteks dan menciptakan kesan tertentu.
Mengapa si youknowho membuat film itu?
Hm, saya juga tidak tahu apa sebabnya. Mungkin untuk mengadu domba saja.
Iya, apa untungnya?
Saya nyengir. Entahlah.
Pembicaraan terus berlanjut, mengapa tidak boleh ditonton, mengapa orang-orang marah, benarkah semua teroris itu orang islam, dan seterusnya. Saya bilang, iya, saya juga kecewa pada reaksi mereka yang membalas dengan aksi marah-marah. Tidakkah itu membenarkan apa yang dikatakan youknowho?
Sungguh tidak sulit membuat anak kelas 5 SD mengerti logika itu. Lika menambahkan, "Iya ya, kenapa sih malah marah?"
Mini mencoba menengahi, "Wajar lah, Lika, siapapun kalau diejek pasti reaksi pertamanya marah."
Anak-anak di kelas saya, tidak bisa tidak berusaha memberi solusi pada masalah apapun yang mereka temukan. Mereka melihat film ini dan reaksi marah-marah ini juga masalah. Maka, Mita pun mengajukan idenya.
"Bu, kalau begitu kita buat film juga saja. Itu, kita punya ayat-ayat yang isinya baik-baik. Kita buat film-nya saja!"
Kebetulan kami sedang membahas tentang menolong dalam pelajaran agama. Anak-anak (bersama orang tua mereka) menemukan banyak ayat yang bersahabat. Anak-anak ini belum pernah membuat film dan tidak tahu persis bagaimana repotnya. Tapi mereka melihat bahwa meski sulit, ada yang bisa dilakukan. Anak-anak kecil ini sepertinya mulai berpikir untuk memberi jalan keluar yang membangun, bukan hanya jalan keluar yang hanya sementara.
Siang itu, mereka menyiapkan poster berisi ayat-ayat tolong menolong bersama Ibu Evi. Ketika belakangan saya bergabung, Ibu Evi bercerita, "Anak-anak bilang, ingin memilih ayat-ayat yang isinya tidak mengecam siapapun."
Sebentar kemudian mereka sudah asyik berbagi tugas, dan menulisi bagian atas poster itu dengan judul yang penuh cinta.
Nah, sekarang saya sedang berpikir keras.
Siapa yang cara berpikirnya lurus, anak SD ini, atau siapapun yang memutuskan untuk main blokir-blokiran?
Apakah menurut anda, sebaiknya saya mengajar mereka saja?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
Youtube-nya sudah dibuka kok Bu Tia :). Film nya kalo sudah selesai diupload donk, biar bisa liat nih. Pasti menarik sekali dan bisa jadi contoh juga ke masyarakat.
Iya betul, tidak sampai dua hari kok, hehehe.
Hm, sepertinya filmnya tidak akan dibuat sungguhan. Kami memang kalau ngobrol suka berlebihan, hehehehehehe
buTi... jangan buTi.. *panic mode ON*
jangan ngajar kesana.. nanti buTi yang stress... soalnya mereka ngga bisa berpikir lagi...
hehehehehhe
hahahaha... dibayar berapa juga gak mau, da... mereka betul-betul nggak ada harapan.
Post a Comment