Sekali lagi, satu tahun ajaran berlalu. Saya tak perlu lagi bercerita betapa sibuk dan rusuhnya kami tahun ini. Anda sudah menikmatinya bersama kami, - tanpa terasa- sepanjang tahun ini.
Saya belum pernah merasa puas mengakhiri suatu kelas seperti kali ini. Secara statistik peta nilai anak-anak semakin 'merapat ke tengah'. Ini berarti saya makin jarang menemui nilai 3 atau 4. Sebaliknya anak-anak yang biasa berada di jajaran nilai tinggi masih awas bahwa jika tidak menguasai materi, nilai mereka bisa menggelinding ke tengah. Mita yang biasanya mudah panen nilai 90 dan 100 misalnya, agak lama merenungi nilai ulangan umum IPA yang hanya 82. "Aku ketiduran Bu, waktu belajar."
Dan, saat saya duduk di meja membaca lembar-lembar self evaluation anak-anak, saya makin terharu-bangga-sedih lagi.
"Akhirnya bu, aku bisa bilang aku suka matematika. Aku rasa matematika bisa menantang aku berpikir".
Anak ini sejak dulu saya kenal anti matematika. Ia selalu berkeluh kesah dan menggigiti kuku juga ngantuk saat jam matematika tiba. Coba tebak, hasil akhir evaluasi matematikanya adalah 92!
"Aku bangga sekali dengan peta Kalimantan yang kubuat. Ini tugas paling sulit kuartal ini, perlu ketelitian dan hati-hati. But I made it!"
Ia dilaporkan psikolognya punya kesulitan visual motorik yang salah satunya berarti sulit menyalin. Ia berhasil memperbesar peta Kalimantan dua kali lipat dengan tangannya sendiri dan hasilnya amat mengaggumkan.
"Aku sangat suka dengan tugas pariwisata. Aku jadi sadar bahwa Indonesia itu besar, kaya, dan amat indah. Cara presentasi kami kemarin juga sangat menantang!"
"Aku tidak pernah berwisata. Tapi ternyata aku bisa membuat program wisata yang seru. Aku mau buat lagi yang lebih bagus!'
"Aku pikir tahun ini aku sudah lebih mandiri dan bertanggung jawab. Aku bisa mengatur sendiri tugas-tugasku agar selesai tepat waktu."
Semua yang mereka tulis sama dengan catatan-catatan saya tentang mereka. Saya dan mereka ternyata dapat menilai perkembangan mereka dari sudut pandang yang sama. Buat saya ini hal yang amat penting. Anak-anak punya self concious yang tinggi. Inilah bekal mereka untuk mengenali dirinya sendiri. Jika mereka sudah kenal dirinya sendiri, bisa mengukur kekuatannya, mengenali kelemahannya dan tahu strategi apa yang mereka butuhkan untuk maju,..
...saya rasa mereka sudah siap pula untuk berkembang sendiri.
Anak-anak pun berbaik hati menulis evaluasi tentang saya. Yang mengharukan adalah, pernyataan mereka menunjukkan bahwa mereka mengenali tujuan saya.
"You know how to teach us in the way we like, Bu Tia."
"Aku senang Bu Tia selalu menegur kalau ada yang berbuat salah. Aku jadi ingin berusaha untuk tidak membuat kesalahan."
Seusai berdoa di hari terakhir kelas kami Jumat lalu, anak-anak enggan mengucap selamat siang. Kami hanya saling memandang dan berkata selamat siang dengan lirih.
"Terima kasih untuk tahun ini," kata saya sebelum mulai berkaca-kaca lagi.
Anak-anak lalu berlarian keluar menyanyi tentang liburan.
Oh, i hate saying good bye.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
seandainya hari itu saya bersama kalian, mm saya pasti yang pertama nangis bu... hehheh
Post a Comment