Minggu depan sudah evaluasi alias ulangan umum. Tidak aneh dong, kalau minggu ini mendadak semua pelajaran ada kuis (ulangan harian). Beberapa hari lalu Adinda membaca sepotong karton berisi jadwal kuis minggu ini sambil berulang-ulang menggumamkan kata, "Tidaaak!" yang makin lama makin tinggi.
Saya masuk dan memberi usul, "Hari Kamis juga ya, kuis Bahasa Indonesia!"
"Tidaaaaaaaak!"
Memang tidak jadi sih, tapi hari ini tetap kuis IPA. Menjengkelkannya, hanya 30 persen yang bisa dapat di atas 80. Sisanya, hanya tujuhpuluh sekian, atau kurang. Tidak biasa-biasanya.
"My Mom's gonna kill me," keluh salah satunya.
Kenapa cuma segitu?
"Banyak PR Bu!" ada yang mengeluh begitu.
"Di sekolah lain setiap pelajaran ada 1 PR untuk setiap pertemuan. PR dari Bu Tia hanya satu halaman dan itupun boleh ditawar-tawar kapan dikumpulkan."
"He-he, iya sih."
"I know what is 'banyak PR'."
Anak-anak cekikikan.
Agaknya anak-anak kelas 5 masih belum terbiasa bahwa saya jarang bermurah hati memberi soal hafalan yang ditandai dengan kata "anu adalah..." atau "apa yang dimaksud dengan..." Jadi tadi briefing dulu, deh, Bu Tia, langkah-demi langkah mengerjakan soal-soal cerita tentang cahaya dan perubahan wujud benda.
Ya sudah, semua yang kuisnya di bawah 70 harus menyerahkan perbaikan besok pagi, atau nilainya tergantung di langit-langit tidak bisa masuk berkas nilai. Kejam memang. Tapi kalau tidak begitu nanti nilai 26 dan 56 itu hanya dipandangi sambil bersedih hati.
Kalau anak-anak mendapat nilai kuis di bawah batas yang kami tetapkan, saya selalu meminta mereka memperbaiki kesalahannya dengan melihat kembali lembar kerja dan buku mereka.
Tadinya, saya buatkan soal kuis baru, tapi biasanya tidak berguna. Masalah "mengerti"nya belum diperbaiki, mau diberi tugas apa saja hanya akan dipandangi.
Curang dong, nyontek. Tidak. Saya perhatikan bahwa anak-anak yang salah menjawab atau tidak bisa menjawab umumnya tidak tahu di mana letak informasi yang mereka butuhkan itu dalam catatan dan lembar kerja mereka. Jadi, kalau disuruh melihat lagi, mereka juga harus berlatih mencari.
Kalau tidak bisa juga? Hm, ini juga terjadi, kadang-kadang. Maka saya atau guru lain akan duduk di samping mereka dan mencari dan menyusun jawabannnya bersama-sama memakai bahan-bahan yang seharusnya mereka pakai. Nah, ketahuan kan, kurang pahamnya di mana, atau tidak telitinya di mana, atau salah strategi belajarnya bagaimana.
Benar-benar belajar dari kesalahan. :)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
kenapa sih buTi ngga lahir lebih dulu... kalau lahir duluan kan mungkin aja buTi dulu jadi guruku... huh.. iri sama anak2 kembang dweehh.. :D
tidak mau ah lahir duluan, nanti cepat tua...hahahahaha
*mana logisnya kalimat ini...*
Kyaa.. Sama aja, Ulangaaaannn!! Kalau saya..tinggal satu minggu lagi (Ulumnya dua minggu) :)
Sukses ya bu..
he-eh, bu alifia, selamat ngantuk menunggui ulangan umum...hehehehe
Post a Comment