Friday, July 14, 2006

Sebelumnya

Saya sedang tidak enak hati karena harus ke dokter gigi. Saya bukan orang yang anti dokter gigi, tapi dokter yang saya percayai itu ingin mencabut dua gigi saya yang tidak salah apa-apa. Seperti ketemu buah simalakama, proyek membetulan susunan gigi tak akan berhasil tanpa pengorbanan ini. Tetap saja saya merasakan turbulence di dalam hati. Makin dekat waktunya, makin gelisah saya jadinya. Tak ada dukungan memadai yang saya dapatkan untuk menembus kemacetan satu setengah jam menuju klinik itu.

Tidak enak bukan rasanya?

Sampai kemudian telepon genggam saya berbunyi. Musa di ujung sana. Menanyakan pendapat saya atas gelang hati pemberiannya, liburan saya, lalu mengoceh panjang tentang film-film yang ia tonton selama liburan, terutama tentang Thomas dan sahabat-sahabatnya.

Kali ini, saya mendengarkan sepenuh hati. Musa senang bercerita dan sepanjang tahun lalu ia bekerja keras membuat penceritaannya mudah dipahami dan dinikmati pendengarnya. Musa terus bercerita selama 20 menit dan menyisakan dua menit waktu bagi saya memberi sedikit tanggapan di sana sini.

Setelah Musa mengucapkan good bye dan menutup telepon, saya merasa jauh lebih baik dan ringan. Saya punya banyak hal berharga, mengapa harus ribut dengan dua buah gigi.

Sesampainya di klinik, saya masih harus menunggu sepuluh menit. Saya kirim SMS pada Musa, "Thank you, your phone call made me happy."
Musa menjawab ringan, " Your welcome."


No comments: