Sepuluh tahun lalu saya sempat "dipaksa" menonton teater-teateran yang akhirnya jadi tonggak dimulainya latihan berpikir dengan berbagai sudut pandang. Teater itu menceritakan sekuel Si Malin Kundang. Kali ini sudut pandangnya dari Si Malin Kundang, yang biasanya tertuduh durhaka. Kesimpulan habis menonton Si Malin Kundang Part 2, ternyata, bisa jadi bukan Malin Kundang yang salah.
Festival Seni Tahunan Sekolah kami tahun ini memilih tema dongeng. Saras pun bercerita bahwa adik kecilnya yang masih berumur 3 tahun, senang sekali pada cerita Si Kancil.
Si kancil anak nakal
Suka mencuri ketimun
Ayo lekas dikejar
Jangan diberi ampun
Begitu teman-teman Saras berdendang. Dari sudut yang berbeda, Dito berteriak, "Kok jangan diberi ampun sih? Barangkali kancilnya belum tahu. Dikasih tahu aja."
Hm, menarik juga ya untuk belajar tentang penokohan. Ayo kita cari dongeng-dongeng lain dan mencoba membuat akhir yang berbeda atau sekuelnya dari sudut pandang si tokoh. Hehehe.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment