Ibu Asisten TK A sedang sakit dan tidak bisa masuk. Kasihan pada Ibu Guru TK A, maka saya menemaninya setengah hari, menyanyi, menempel, dan mendengarkan cerita tentang hewan peliharaan, dan menunggui anak-anak makan.
Sudah lama rasanya tidak menikmati hal-hal sederhana, sehingga terasa seperti ... sudah lama tidak berenang dan berenang lagi. Haha.
Baru lima belas menit di TK dan si anak paling suka teriak-teriak mendadak duduk tenang di pangkuan saya, mengamati (dan mencium-cium karena dikira wangi) sisa french tip di kuku-kuku saya, dan lupa teriak-teriak.
Sebagai wajah baru di kelas TKA, anak-anak pun ingin tahu dan mengajak saya ngobrol tentang banyak hal.
"Aku punya marmut dan ikan bu. Ada 3."
'Oh, ya?'
"Ya. Satu mati, satu hilang, jadi tinggal satu."
'Kok bisa hilang, ya?'
"Iya, hilang. Mungkin masuk ke balik kulkas."
'Ikanmu masuk ke balik kulkas?'
"BUKAAAN BUUU.... Marmutnya yang hilang.'
Langsung merasa bodoh. Jadi dari tadi kita bicara tentang marmut, bukan ikan?
"Ibu kok tahu namanya Cakra tapi tidak tahu namaku?"
'Hm, Bu Tia sedang berusaha mengingat-ingat nama anak-anak TK A. Kan, ada banyak. Sedikit-sedikit ya?'
Dan, Ya Tuhan, ada apa dengan orang tua sekarang, kenapa nama anaknya susah-susah tapi mirip semua?
Dua jam di TK membuat saya sadar betapa ahlinya ibu guru TK A yang sudah bertahun-tahun mengajar di kelas itu. Ia tenang sekali, meski kegiatan mengelem kertas berubah menjadi mengelem meja, meski instruksi memotong sesuai garis lurus bisa berakhir menjadi kertas sobek-sobek, meski antrian cuci tangan panjang sekali dan meski ada yang diare di tengah acara makan pagi...
Ah, mungkin menarik kalau kami bisa bergantian sit-in di kelas-kelas yang berbeda.