Sunday, May 27, 2007

The Beauty of Imperfection


Sesuatu terjadi minggu lalu. Sesuatu itu membuat saya berpikir bahwa ternyata saya sudah mengembangkan batas-batas toleransi yang mungkin begitu besar dibandingkan orang lain pada umumnya. Saya belum menelusuri lebih jauh alasannya. Dugaan terbesar adalah karena saya berada bersama anak-anak nyaris sepanjang hari. Mereka adalah pusat dunia saya, bahkan ketika saya bersama teman-teman dan orang-orang terdekat saya.

Saya tidak yakin ini benar atau salah. Sesuatu yang berlebihan seringkali justru salah. Dan jelas di sini saya tidak bisa objektif.

Ok, sebelum melantur lebih jauh, satu minggu ini adalah minggu festival seni tahunan sekolah. Temanya Mari Menyelamatkan Bumi. Anak-anak berkumpul setiap pagi untuk menonton penampilan teman-temannya. Hasil karya anak-anak terpajang di semua sisi aula SD. Ada gambar, lukisan, puisi, dan masih banyak lagi. Ini sebagian di antaranya.


Bumi yang terbakar itu karya Dhimas. Bingkai foto dari kertas koran dan gambar-gambar majalah itu buatan Mini. Hutan mungil di bagian depan foto milik Nay, anak TK B.


Saya tahu beberapa anak sudah memiliki keistimewaan untuk menampilkan sesuatu yang tidak lumrah di usia mereka. Maket pabrik ini buatan Lika, kelas 4 SD.



Dalam presentasinya ia menceritakan idenya untuk menanam banyak pohon di sekitar pabrik sehingga polusi udara akan berkurang.
Pekerjaannya sangat rinci. Ia bahkan melapisi bagian-bagian jendela dengan plastik dari sisi dalam sehingga terlihat seperti jendela kaca.


Bagaimanapun tidak semua mengembangkan sisi artistiknya di usia yang sama dan di tingkat yang sama. Lika dan Dhimas mungkin merupakan pengecualian.

Dhiadri lebih pragmatis. Tetapi karyanya adalah salah satu yang membuat saya tercekat karena haru dan kagum. Ia bercerita tentang usia pohon melalui lingkaran-lingkaran dari aneka biji pohon. Ia kumpulkan sendiri biji-bijian itu di jalur hijau Jakarta (yang mana saya baru tahu kalau ada jalur hijau Jakarta). Ia memberi saya banyak pengetahuan baru tentang biji-bijian pohon sehingga saya melupakan tulisan yang tidak rata, keterangan yang ditulis dengan pensil, dan hal-hal teknis kecil. Posternya bercerita pada saya bahwa ia mengerjakan proyeknya dengan kesungguhan hati. I can see it clearly.



Gambar lain yang membuat saya tak kalah kagum adalah karya Zaky, -ya, Zaky yang saya sering ceritakan sejak tahun lalu itu - sudah lama bercerita bahwa ia berencana untuk menggambar sebuah bumi yang sedang sakit. Ini gambarnya.


Secara teknis tidak istimewa. Beberapa yang melihat mungkin akan melewatkan gambar ini begitu saja karena ada benda lain yang lebih artistik dan menarik. Tidak bagi saya. Simbolisasi yang dibuat Zaky tentang gigi bumi yang ompong dan rambut yang terbakar, sama sekali tidak biasa-biasa saja untuk seorang Zaky. Well, siapapun yang membantunya berpikir, ia menggambarnya sendiri. Zaky pantas bangga. Saya menganggumi usahanya. Saya bisa menikmati gambarnya seperti saya menikmati lukisan Saras, atau karya-karya lain di foto-foto sebelumnya.

Festival tahunan kali ini memperlihatkan pada saya bahwa ketidaksempurnaan itu indah. Gambar yang miring kanan kiri, komposisi yang tidak pas, tulisan yang acak-acakan, tidak selalu buruk dan pantas berakhir di tempat sampah. Bagi beberapa anak, ketidaksempurnaan itu adalah seluruh isi hati dan pikiran mereka. Sesuatu yang ingin mereka bagi dengan semua orang dengan bangga. Rasa dan keinginan itu sampai pada saya dengan sempurna.

Ternyata, saya termasuk orang-orang yang beruntung dapat melihat ketidaksempurnaan itu sebagai sesuatu yang indah. Sebagian besar orang melihat gambar-gambar miring, tulisan tidak rata dan komposisi yang tidak tepat sebagai kegagalan dan kesalahan. Orang-orang ini mengelompokkan anak-anak menjadi mereka yang berbakat dan anak-anak yang boleh membuat sesuatu tapi sebaiknya disimpan sendiri saja, tak usah dipamer-pamerkan. Tak akan ada yang tertarik.

Saya beruntung masih bisa tertarik pada hal-hal yang tidak sempurna dan menghargainya sebagai mereka, anak-anak itu sendiri.



PS : Carlo's Mum, you are lucky too. :)

No comments: