Bagi saya, anak-anak kelas 3 adalah anak-anak yang punya kecenderungan matang lebih cepat dari anak-anak seusia mereka pada umumnya.
Ketika saya mengajar mereka tahun lalu, ada saja hal-hal mengejutkan yang ternyata mampu mereka lakukan sendiri. * Lepas dari kelas saya, kejutan-kejutan yang mereka buat makin banyak dan makin sering membuat saya menggeleng-gelengkan kepala.
Sejak awal tahun ini mereka mempersiapkan Buku Tahunan Sekolah bersama beberapa guru. Salah satu guru yang sering mendampingi mereka pernah menunjukkan foto-foto yang dibuat Lika. Sejak melihat foto-foto itu, saya makin tidak berani memegang kamera dan jadi cemas setiap kali harus menggambil gambar. Lika punya sudut pandang menarik, awas pada pencahayaan, dan bisa bercerita melalui gambar.
Hari Sabtu yang lalu, sekolah kami mengadakan pesta keluarga. Dalam Pesta Keluarga Tahunan ini, mungkin ada sekitar 200 keluarga yang datang ke sekolah kami untuk ikut bermain dan bergembira, berarti ada sekitar 1000 - 1500 tamu.
Biasanya dalam pesta semacam itu, hanya kami guru-guru dan orang tua saja yang membuka stand permainan atau menjual makanan. Tahun ini, anak-anak kelas 3 ikut serta. Mereka membuka stand yang menjual Soda Markisa seharga 5000 rupiah segelas. Uangnya dikumpulkan untuk proyek Buku Tahunan. Mereka juga membuka stand Tebak Kerang, di mana tamu diminta memprakirakan jumlah kerang dalam sebuah wadah. Peserta yang bisa menebak dengan selisih paling kecil dari jumlah kerang sebenarnya akan mendapat hadiah buku.
Saya dan guru-guru lain sedang sibuk membagikan rapor, jadi kami agak terlambat bergabung. Selesai membagikan rapor, saya membeli segelas soda markisa (tanpa potongan harga) dan duduk bersama anak-anak di Stand Tebak Kerang. Tanpa saya duga, mereka cerdik sekali memasarkan permainannya. Coba lihat ini
Pengunjung : Ini stand apa?
Dara : Tebak Kerang, Om.
Pengunjung : Saya harus menebak apa?
Dara : Ini (menunjukkan kerang dalam sebuah wadah berwarna merah), coba om tebak ini jumlahnya ada berapa. Kalau tempat kecil ini kerangnya segini (menunjuk garis dua senti di bawah sebuah botol kuning) jumlahnya 116, nah karau di tempat merah ini berapa kira-kira?
Pengunjung : Tiga ratus?
Dara : Terserah Om nebaknya berapa. Yang paling mendekati jadi pemenang. Nanti ditulis di kertas ini. Sebentar lagi sudah mau dihitung lho...
Pengunjung : Oh, begitu. (Mengambil kertas dan spidol)
Dara : Kuponnya dua, om...
Pengunjung : Wah, saya nggak punya kupon.
Dara : Oh, kuponnya bisa om beli dulu di sebelah sana...
Jelas saja si om terpaksa beli kupon dulu baru kemudian menuliskan tebakannya.
Tampaknya anak-anak berhasil menjual minuman dan kupon menebak cukup banyak. Toh mereka sendiri sempat bermain di stand permainan dan mendapat banyak hadiah. Mereka juga sempat makan es krim. Kegiatan menodong om dan tante yang mereka kenal untuk membeli dagangan mereka tetap berjalan.
Selepas acara, saya dan teman-teman membicarakan mereka. Guru kelasnya bercerita bahwa sejak kemarin anak-anak sibuk membuat spanduk, membuat kartu tanda pengenal, membuat tanda "BUKA" dan "TUTUP" bahkan membuat tanda "SOLD OUT". Kami membicarakan bagaimana anak-anak bersemangat sekali berjualan meskipun masih sering bingung menghitung uang kembali, juga bagaimana anak-anak bisa merayu-rayu orang lain untuk memesan buku tahunan yang terbit bulan Juni nanti. Kami membicarakan Lika yang memegang kamera dan jadi seksi dokumentasi acara tadi.
Kami hampir lupa bahwa mereka baru kelas 3 SD. Saya bilang, jangan-jangan nanti waktu mereka kelas 6, merekalah yang mengorganisir seluruh acara dan kami tinggal duduk-duduk saja. Jangan-jangan nanti mereka yang menyiapkan produksi drama tahunan dan kami tinggal terima laporan.
Apa yang akan mereka lakukan ketika teman-teman sebayanya sedang belajar berjualan, mencari dana, mengorganisasi acara di SMU nanti? Jangan-jangan mereka sudah membuat partai politik sendiri...
* Lihat lagi lema blog ini bulan Januari 2005 - Juli 2005.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment