Seusai makan siang Zaky terisak-isak masuk ke kelas. Saya tanyakan apa sebabnya. Zaky menuduh Dhiadri menarik tangannya terlalu keras. Setelah berdebat beberapa saat, mereka menyelesaikan masalahnya.
Tetapi saya tahu Dhiadri masih tidak terima disalahkan karena ia merasa tidak menarik tangan Zaky terlalu keras. Saya katakan, kadang-kadang kalau kita terlalu bersemangat seperti sedang bermain di luar, kita tidak mengontrol kekuatan kita dan seringkali tidak sengaja seperti mendorong teman padahal hanya ingin memegang bahunya, dan semacam itu. Riri mengerti apa yang saya katakan dan ia memberi contoh lain.
Saya melihat kesempatan untuk mengajak mereka lebih -- menurut bahasa ayah saya -- peduli pada lingkungan. Maksud saya lebih hati-hati, pasang mata dan telinga, berpikir apa akibatnya kalau melakukan sesuatu. Saya mencoba memberi contoh dari hal-hal sederhana yang mereka lakukan sehari-hari seperti
Apakah kalian melihat Pak Ebit sedang menyapu kelas ketika kalian buru-buru masuk kelas tadi?
Apakah kamu menabrak seseorang dan tidak minta maaf ketika berlarian tadi?
juga contoh-contoh di jalan raya seperti tingkah laku metromini, kopaja, dan sepeda motor, atau orang yang menyeberang seenaknya. Sebagai pengguna jalan raya anak-anak pun ternyata memperhatikan komentar dan reaksi dari ayah, ibu, dan pak supir yang mengemudikan mobil. Mereka cepat menanggapi. Apalagi Zaky pernah ditabrak sepeda motor sampai kedua tulang kakinya patah.
Obrolan kami cukup seru sampai tiba-tiba Riri berkata, "Bu, aku berharap nanti kalau aku sudah besar Jakarta sudah berubah dan tidak seperti ini (tidak teratur) lagi."
Saya bilang, " justru kamu yang harus memulai perubahan."
Riri dan teman lainnya melotot, " Jadi kita harus jadi presidennya??"
Saya jadi tertawa. Seandainya semua orang mau menggunakan mata, telinga, dan kerendahan hatinya untuk tidak menganggap saya yang paling penting di dunia ini, saya yakin kita tidak akan punya kota atau negara semrawut seperti ini.
Tidak perlu menjadi presiden untuk mengubah dunia, Ri. Gunakan saja mata dan telinga untuk memperhatikan sekitar kita. Gunakan kerendahan hatimu untuk mau sabar menunggu dan tidak seenak sendiri menggunakan fasilitas umum.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment