Friday, January 04, 2008

I-Want-To-Do-It-Myself

Ini cerita pemanasan, sebelum saya kembali ke kelas yang perlu dihangatkan lagi setelah liburan super panjang di akhir tahun.

Saya lupa bercerita bahwa ditengah kesibukan kami dua bulan terakhir ini, anak-anak kelas 5 sedang sibuk pula mempersiapkan pertunjukan kelasnya di pentas seni tahunan sekolah. Mereka ingin menampilkan sesuatu dari High School Musical dan sudah berlatih dengan religius. Mereka juga ingin menyanyikan satu lagu daerah.

Ibu Guru Musik sudah membagi-bagikan tugas pada setiap anak, mulai dari mengurus koreografi, latihan vokal, kostum, dan penjadwalan. Heboh lah pendeknya. Anak-anak di kelas saya yang memang berjiwa panitia sejati, menerima semuanya dengan riang gembira.

Hari H jatuh tanggal 2 Maret kalau saya tidak salah, tapi suatu hari di bulan November mereka sudah bertanya pada saya, "Berapa ukuran panggungnya, Bu, aku mau mengatur barisannya."

Wow, easy.

Hari berikutnya. "Kita maunya mementaskan lagunya tidak berurutan. Satu opening dan satu closing. Mungkin nggak bu?"

Saya menjawab, "Hm, ibu harus tanya dulu."

Besoknya, "Sudah ditanya belum bu? Bisa nggak bu?"

Bagian kostum menimpali, "Aku harus mengubah rencana kostumnya kalau harus berurutan." Ngomong-ngomong, rencana perkostumannya untuk setiap lagu sudah dibuat dalam sebuah daftar, difotokopi dua belas copy utk setiap anak dan saya, serta ibu guru musik. Weeks ago.

Saya melihat memang, betapa giatnya mereka berlatih di ruang musik sebelah. Ditonton adik-adik kelasnya dari luar jendela. Saya melihat bagaimana Mini, Dara, dan Mita begitu akur merencanakan gerakan-gerakan ini dan itu setiap waktu istirahat tiba. Mita membuat catatan-catatan tentang posisi dan segala perubahannya di kertas. Ya, benar, ada sketsanya.

Waktu terima rapor tiba, beberapa ibu menyebutkan hal yang kurang lebih sama tentang usaha anak-anak ini "menyusun" penampilan mereka. Saya juga kaget, mereka ternyata mencari tahu dari berbagai sumber, termasuk diantaranya internet dan menonton film-film. Seserius itu? Pantas saja suatu kali saya ditanya siapa itu Ida Royani. Dari mana tahu Ida Royani? Well, entah bagaimana salah satu anak membawa CD Benyamin S untuk mencari lagu Ondel-Ondel yang mereka butuhkan.

Dua minggu sebelum kuartal berakhir, kami sedang berkumpul di karpet. Terjadilah percakapan ini.

Mini : Ibu, sudah tahu dari ibu guru kelas 4 bahwa ada yang mau mengajari kelas 4 menari untuk lagu HSM?

Saya : Tidak. Mengapa?

Dara : Iya, kita juga diajak. Bu Tia diberitahu tidak?

Saya : Belum sempat bertemu dan mengobrol, sih. Kalian mau ikut?

Mita : Hm, nggak ah. Kami buat sendiri saja semuanya.

Saya : Yang lain?

Yang lain : Iya, kita buat sendiri saja. Tidak bagus banget nggak apa-apa. Aku lebih bangga kalau kita membuatnya sendiri.

Saya : Ok.

Masalah selesai. Anak-anak masih sibuk menggotong-gotong calon kostum ke ruang musik dan kembali ke kelas. Merayu-rayu Bapak Guru Musik untuk menemani mereka berlatih menyanyi. Menghabiskan waktu istirahat untuk mencoba-coba gerakan. Dan bertengkar sendiri mengatur posisi dan waktu latihan.

Hehehe.

1 comment:

-ndutyke said...

guru juga?

wah salam kenal :)

saya guru SMA di Surabaya.