Sunday, May 18, 2008

Planet Kesepian

Minggu-minggu ini anak-anak sedang luar biasa sibuknya. Selain kerja bakti mengurus barang-barang sumbangan hasil program amal, anak-anak juga sedang khusyuk menyiapkan program wisata ala kelas 5. Kunjungan Bu Indri akhir minggu yang lalu ternyata cukup sukses membuka mata mereka tentang apa yang bisa dilakukan di Indonesia.











Ya, itu salah satu foto kelas -sedang-riset-dan-berantakan- kami. Anak-anak bekerja berpasangan. Masing-masing memilih salah satu wilayah di Indonesia, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Maluku, atau Nusa Tenggara. Jawa dan Bali kami tinggalkan, karena menurut anak-anak sudah terlalu sering dibahas.

Dengan satu seri ensiklopedi Indonesian Heritage, Webster Dictionary, atlas Bakorsurtanal, serta banyak sekali pinjaman buku dari kawan-kawan kami, anak-anak mulai bekerja. Saya membebaskan mereka memilih salah satu provinsi, seperti Dito dan Leo yang memilih Sulawesi Utara, atau membuat rangkaian perjalanan wisata di beberapa provinsi, seperti apa yang yang dilakukan Lika dan Saras. Sudah 4 jam pelajaran anak-anak melakukan hal yang sama, dan mereka tampak tidak bosan.

Anak-anak perempuan ini tampak sudah mahir mencari dan mengelompokkan data. Mereka mencoba membuat rencana perjalanan dan mencari banyak alternatif kegiatan. Bram dan Adam lebih praktis. Mereka catat apa saja yang mereka temukan tentang Kalimantan, lantas membuat jadwal perjalanan.

Leo dan Dito ternyata menikmati kegiatan mereka membaca. Leo, yang biasanya saya keluhkan amat sedikit membaca, ternyata cukup anteng di depan sebuah seri ensklopedi. Saya lihat ia membaca dengan sungguh-sungguh tentang Topeng Cirebon (padahal tugasnya mencari kesenian di Sulawesi). Saya urungkan niat saya menegurnya karena tampaknya ia begitu tertarik pada apa yang dibacanya sampai tertawa kagum sendiri.

Salah satu buku yang menjadi favorit anak-anak adalah panduan wisata Planet Kesepian. Kelengkapannya menganggumkan. Cara bertuturnya lucu dan jujur sekali, begitu kata Saras. Sampai-sampai saya harus menggilir penggunaan buku itu setiap sepuluh menit.

"Bu, belinya di mana, sih?"

"Di banyak toko buku ada, kok." Saya menyebutkan beberapa toko buku yang ada di Jakarta.

"Harganya mahal, tidak?"

"Sepertinya iya, cukup mahal. Setidaknya 200 ribu."

Besoknya anak-anak melapor lagi. Kalau mereka melihat terbitan baru Planet Kesepian tentang Indonesia di toko buku dekat sekolah. Ternyata harganya hampir dua kali lipat dari yang saya sebutkan.

"Bu, kalau pakai kartu pelajar, kita akan dapat diskon, ya, kan?"

"Iya, sepuluh persen."

Setelah dihitung-hitung lagi, harganya tetap mahal sekali. Anak-anak agak kecewa. Lalu mereka berencana untuk duduk dan membaca buku itu di toko buku saja. Hehehehe.

Sambil membaca, agaknya mereka tengah jalan-jalan virtual di Indonesia. Mereka menemukan banyak burung, bangunan bagus, alam yang indah, bawah laut yang menakjubkan, dan adat serta kebiasaan yang beragam.

"I think I really love Indonesia, now," kata Mini. Saya terharu mendengarnya. Saya jadi ingin melindungi mereka dengan membiarkan mereka tetap cinta pada Indonesianya di kelas kami. Tentu saja itu tidak bijaksana (dan tidak bisa saya lakukan).

Apa yang akan mereka rasakan kalau kelak tahu bahwa saat ini kita masih sulit mengakui dan menerima keragaman? Apa yang akan mereka katakan kalau kelak mengerti bahwa negara ini nyaris tak kenal dan tak mampu mengolah kekayaannya sendiri?

Apakah mereka akan patah hati, kecewa, dan pergi? Apakah saya turut andil membuat mereka tahu terlalu dini dan kemudian patah hati, kecewa, dan pergi? Saya tidak tahu mana yang lebih baik, membuat kegiatan ini hanya tinggal kenangan akan sebuah kegiatan seru di kelas, atau membuat kegiatan ini meninggalkan satu rasa dan sikap baru di dalam diri mereka? Rasa dan sikap yang belum tentu membuat mereka cocok tinggal di masyarakatnya?

Nah, sekarang saya merasa tinggal di planet kesepian.

3 comments:

Anonymous said...

Hi Ibu guru Tia,

Saya salah satu pembaca catatan2 ibu, btw bicara soal pendidikan dan lonely planet, mungkin saya bisa membantu memberikan info adanya website lonely planet, jadi anak didik ibu gak perlu merogoh uang banyak untuk bisa membaca isinya.. www.lonelyplanet.com

Salam

Langit

Tia said...

Hi Langit,

terima kasih infonya. Saya memang sedang membantu mereka membuat catatan tentang website yang bisa dikunjungi untuk risetnya.

Anonymous said...

Bu Tia, senang sekali membaca kegiatan murid-murid Bu Tia yang membahas tentang Indonesia. Kalau sedang tugas ke luar kota, terutama luar Jawa, rasanya, saya selalu terkagum-kagum dengan Indonesia. Alamnya begitu indah dan budayanya begitu kaya. Rasanya banyaaak banget yang pingin diceritakan ke anak-anak. Senangnya, ketika anak-anak bisa tahu dan bangga dengan negrinya yang sangat indah ini....