Wednesday, June 11, 2008

Si Anak Tengah

Suatu ketika, saya pernah membaca buku yang ditulis seorang guru. Ia menceritakan pengalamannya mengajar di salah satu kelas, dari sekian puluh kelas yang pernah diajarnya puluhan tahun.

Saya ingat, dalam salah satu halamannya, ada murid guru ini yang berkomentar bahwa gurunya adalah guru yang baik karena sangat peduli pada murid-muridnya yang perlu perhatian khusus dan sangat menghargai anak-anak yang cerdas. Murid kecil ini adalah "si anak tengah" di kelas. Anak yang tidak pernah merepotkan, tapi juga tidak menonjol. Murid kecil ini melanjutkan, tapi kadang-kadang saya senang kalau Ibu juga punya waktu untuk saya.

Jawaban itu membuat saya tersentuh.

Hari ini saya mendapat teguran serupa. Kemarin, saya meninggalkan kelas siang hari karena ada keperluan lain. Anak-anak menulis refleksi akhir tahunnya ditemani Ibu Andin. Baru tadi pagi saya berkesempatan membaca tulisan anak-anak.

Salah seorang menulis begini, untuk saya

"Ibu, hati-hati kalau tahun depan ada yang kesusahan. Soalnya saya sering."

Apakah kalimat itu membingungkan? Baik, mudahnya seperti ini: Ibu, tahun depan coba lebih perhatian pada anak-anak yang (diam-diam) mengalami kesulitan. Saya sering mengalami kesulitan (dan tidak tahu harus bagaimana).

Murid saya ini adalah anak yang amat ceria dan murah hati. Hanya saja ia sering mengalami kesulitan mengekspresikan dirinya dan menangkap ekspresi orang lain dengan tepat. Dalam urusan pelajaran, ia SELALU antusias; tak pernah mengeluh, tapi jarang juga mendapat hasil yang benar-benar baik. Ada kalanya saya menganggap itulah usaha maksimalnya dan saya tidak selalu mendorongnya hingga ke puncak.

Kalimat yang ia tulis membuat saya amat merasa bersalah sekaligus sedih.

Murid saya hanya sepuluh dan saya guru yang amat antusias. Tetapi, tetap saja, ada yang terlewat dari perhatian saya dan ternyata hal itu adalah hal penting baginya. Bukankah saya semestinya peka?

Ah, Nak, maafkan Bu Tia ya, kalau ternyata saya masih harus banyak belajar membagi perhatian bahkan pada hal-hal yang tak terlihat kasat mata di depan saya tapi sebenarnya ada.

1 comment:

Anonymous said...

cerita si anak tengah ini persis dengan yang sering saya alami sampai saya kuliah sekarang ini. anak tengah memang punya perasaan yang peka sekali terhadap yang ada disekelilingnya. perasaan orang2 disekelilingnya, yang menyukai dia, cuek, atau bahnkan yang tidak menyukainya. dia bisa tahu itu...itu yang saya alami. anak tengah ingin diperhatikan, tapi ia tidak ingin meminta dan ingin dimengerti...itu lah mengapa anak tengah (khususnya dia dan saya) lebih diam...

terus mejadi guru yang peka ya bu...

terimaksih...