Seminggu sudah berlalu, dan saya bisa merasakan bedanya. Saya tidak perlu mengeluarkan darah dan air mata hanya untuk mengontrol situasi kelas. Semua terjadi seperti harapan saya. Akibatnya saya kekurangan cerita.
Dari tiga belas orang hanya satu anak yang tidak bisa berhenti mengoceh. Meski demikian saya rindu pada antusiasme berlebihan yang biasanya muncul di kelas saya. Saya juga rindu pada wajah-wajah tak merasa bersalah kalau saya ngomel panjang pendek. Entah mengapa saya merasa wajah-wajah tak pernah merasa bersalah itu wajah-wajah yang sebenarnya mengerti watak saya. Wajah-wajah yang gengsi kalau menuruti kemauan saya hari ini, tapi diam-diam mengubah sikapnya minggu depan.
Anak-anak manis tahun ini begitu peka. Bahkan pada sebuah teguran terselubung, saya bisa menemukan wajah-wajah kecewa karena tidak berhasil menyenangkan hati saya. Saya malah ketakutan sendiri ditanggapi seperti itu.
Anak-anak manis tahun ini juga pekerja keras. Mereka tekun membuat tulisan tangan yang paling baik yang mereka bisa. Ketika dengan lembut saya hanya bilang, "Lain kali kita menulis lebih rapi ya... " mereka akan mengambil kertas itu dari tangan saya dan memperbaiki semuanya.
Sepertinya saya justru perlu membuat mereka agak badung sedikit agar mereka lebih berani memecahkan masalah sendiri, dan tidak cepat mundur ke balik punggung siapapun yang bersedia menolong ketika ada hambatan di depan.
Kita lihat saja tahun ini akan jadi seperti apa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment