Wednesday, November 15, 2006

Berhenti Merajuk

Saya paling tidak sabar kalau mendengar lagu suara anak-anak yang naik turun saat melaporkan keisengan temannya.

Buuuuuuuuu ( uu naik turun) si ini menganggukuuuuuuuu (uu naik turun)!

Saya tak pernah bosan menyuruh mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri kalau memang hanya sebatas ganggu mengganggu dan jahil menjahili begitu. Sampai kemudian saya sadar, bahwa saya tidak ingin membuat mereka segan melaporkan sesuatu yang tak beres pada saya, mengingat anak-anak sedang belajar tentang ruang pribadi mereka. Suatu kali saya ajak mereka bicara tentang itu. Bahwa semua orang di lingkungan sekolah ini, apapun perannya, harus saling menghargai satu sama lain. Kamu berhak mengatakan bahwa kamu tidak suka atau tidak nyaman diperlakukan begini atau begitu, bahkan oleh orang dewasa. Kamu harus memberitahu orangtuamu, atau Bu Tia kalau di sekolah. Kami sempat berlatih bedanya mengadu dengan membicarakan hal-hal yang memang patut dilaporkan pada orang yang lebih dewasa.

Hal ini lewat begitu saja. Saya tak berpikir bahwa kata-kata semacam itu bisa lekat di pikiran mereka.

Tetapi, lama kelamaan uuu panjang itu menghilang. Kemana gerangan?

Suatu kali, pintu kelas terbuka keras. Zaky masuk berlari-lari. Lalu Bintang dan May mengikuti di belakangnya. Bintang yang biasanya cepat naik darah (dan menangis kalau disakiti teman) berseru dengan suara keras, "Zaky, berhenti menjambak aku. Dijambak itu sakit! Aku tidak mau dijambak lagi. Lain kali jangan menjambak, ya!"

Tinggal saya terbengong-bengong melihat Zaky mengangguk sambil diam, dan Bintang balik badan lalu keluar kelas tanpa terlihat marah.

Di lain kesempatan saat berkumpul di karpet, Medina minta tunjuk tangan. "Bu, aku mau cerita. Tadi waktu main si anu memeluk-meluk aku. Aku tidak suka dibegitukan, Bu."

Saya tanya, kamu sudah bilang sama dia?

Medina mengulang kalimat ketidaksukaannya pada teman yang dimaksud. Saya menambahkan bahwa semua orang tidak suka disentuh-sentuh sembarangan. Seringkali kita hanya mau dipeluk, disentuh oleh orang-orang dekat saja seperti ayah, ibu, kakak atau adikmu. Saya tahu maksudmu baik, tapi sepertinya kita harus lebih pandai menahan diri, keep your hand to yourself.

Ada beberapa hal yang saya harap akan terus berlanjut pada anak-anak ini. Salah satunya, mereka tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaannya secara asertif pada orang lain. Lalu mereka juga tahu bahwa mereka berhak meminta bantuan orang lain jika perlu. Yang lebih penting lagi, anak-anak mulai mengembangkan batas-batas tentang ruang pribadinya. Jadi saat besar nanti, mereka juga tak mudah melanggar ruang pribadi orang lain.

No comments: