Saya sedang duduk menemani Bintang dan teman-teman semejanya makan siang. Bintang bertanya pada saya,
Bintang: Bu, kenapa sih Adam Air jatuh?
Saya : Menurut Bu Tia, kemungkinan pesawatnya yang rusak.
Bintang: Kalau sudah tahu rusak kenapa boleh terbang. Harusnya kan ada yang memeriksa?
Saya : Hm, banyak kemungkinannya. Bisa jadi karena yang memeriksa tidak teliti, atau mereka menganggap enteng saja.
Bintang : Kenapa begitu?
Saya : Tidak tahu. Mungkin karena kebiasaan. Mungkin karena sejak kecil tidak terbiasa bersungguh-sungguh. Kalau kamu seperti itu, sejak sekarang tidak biasa bersungguh-sungguh, bisa saja nanti kalau sudah besar kamu menjatuhkan pesawat.
Kami tertawa bersama-sama. Pembicaraan beralih pada bagaimana ayah Bintang tak mengalihkan perhatiannya dari televisi saat mendengar berita itu pertama kalinya.
Untuk beberapa detik saya tahu Bintang menganggap serius kata-kata saya bahwa jika tidak terbiasa sungguh-sungguh, itu akan terbawa sampai besar dan mungkin berakibat buruk bagi orang lain (bukan cuma kita sendiri). Tidak apa-apa, nanti kalau salah satu dari kami lupa, kami bisa saling mengingatkan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment