Sambil mengeluarkan makan siangnya, Dewa berseru gembira, "Ibuuu... hari ini aku bawa bebeeek!"
Maksudnya ia membawa bebek goreng.
"Habiskan ya!" saya menjawab dengan pesan standar.
"Iya, Bu. Aku suka bebek. Aku gila-gilaan bebek."
Ini sudah yang keduakalinya Dewa gila-gilaan. Sambil senyum-senyum saya menjawab, "Maksudmu tergila-gila, Dewa?"
"Iyaaaa.... gila-gilaan Bu!"
"Ibu, bebeknya tanpa tulang, lho."
"Ibu, bebek apa ya yang tidak ada tulangnya?"
"Oh, itu bebek biasa, Dewa. Tapi bebeknya dimasak dengan cara khusus supaya semua tulangnya menjadi lunak. Kamu bisa memakan semua bagian bebek itu termasuk tulangnya. "
"Ya, kata ibuku bebeknya bebek tulang lunak."
Rai yang sudah selesai makan dan akan memulai mengerjakan puzzle alat pencernaannya, membisiki saya, "Atau Bu... itu bebeknya habis dililit ular piton."
Untunglah, meski saya takut dan jijik sama ular, saya masih ingat kalau ular piton tidak berbisa tapi melilit mangsanya sampai remuk. Jadi saya bisa menertawakan kelakar Rai.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment