Monday, March 19, 2007

Refleksi

Setiap minggu terakhir sebelum kuartal berakhir adalah minggu evaluasi. Dulu, waktu saya masih sekolah saya mengenalnya dengan ulangan (umum). Di sekolah kami, anak-anak kelas 1 dan 2 belum mengalami ulangan umum itu. Anak-anak kelas 3 keatas yang ber-ulangan umum.

Murid-murid saya bersemangat menghadapi evaluasi. Pasalnya sederhana, separuh evaluasi memang merupakan soal-soal ulangan tertulis. Separuhnya lagi adalah Cerdas Cermat plus adu lari. Yang menang dapat medali. Tara yang biasanya sangat santai, kali ini begitu menggebu-gebu menyelesaikan semua soal secepat yang ia bisa. Medina berusaha keras supaya tidak sakit. Ia tidak mau kehilangan kesempatan main cerdas cermat.

Sargie juga mengaku belajar IPS habis-habisan setelah gagal mendapatkan medali emas di nomor PLKJ tentang nutrisi. She was doing good meskipun tidak dapat medali emas.

Jumat pagi, ayahnya bertanya, " Kamu sudah belajar belum untuk evaluasi hari ini?"
"Belum," jawab Sargie santai.
"Memangnya evaluasi apa hari ini?"
"Evaluasi diri."

Sargie menceritakan percakapan di mobil pagi itu pada saya. Buat saya percakapan itu lucu. Pernahkah terbayang oleh anda di tengah-tengah ulangan umum yang seringkali mencemaskan itu ada yang namanya evaluasi diri?

Saya dan guru-guru lain menjadian evaluasi diri sebagai acara rutin tiap kuartal. Anak-anak selalu kami ajak bicara tentang apa yang sudah mereka capai dan apa yang ingin mereka capai di kuartal mendatang. Terlalu mengerikan? Tidak juga. Anak-anak cepat menjawab, wah bu, sekarang aku sudah bisa menulis sambung, matematikaku sering dapat A+, aku baru tahu kalau huruf braille itu bentuknya titik-titik, aku pikir seperti huruf biasa saja tapi bisa diraba, kuartal ini aku sudah tidak nangis lagi di sekolah.

Anak-anak juga selalu kami minta untuk mengisi sebuah lembar berisi beberapa pernyataan tentang dirinya seperti apakah mereka suka bertanya, pandai berkomunikasi, berani mengambil resiko, dan berpengetahuan luas. Anak-anak mengisi kotak di samping tiap pernyataan dengan wajah tersenyum jika pernyataan itu sesuai dengan dirinya, dan menggambar wajah cemberut kalau tidak sesuai dengan dirinya.

Anak-anak yang sudah lancar menulis biasanya akan diminta untuk menulis komentar mengapa ia memilih wajah tersenyum atau cemberut. Oh ya, anak-anak juga suka memodifikasi dengan menggambar senyum datar (berarti kadang-kadang sesuai, kadang-kadang tidak sesuai), tertawa lebar (iya, ini aku banget), atau menangis tersedu-sedu (aku tidak begitu sama sekali).

Saya sudah tahu bahwa memulai kegiatan seperti ini tidak bisa asal memberi kertas. Harus penuh persiapan, dan terutama membuat mereka memiliki suasana hati yang baik.

Ini waktunya kamu melihat ke dalam dirimu sendiri, begitu saya kadang-kadang memulai.

Sargie berkomentar, "Lah, bu, bagaimana bisa? mataku kan di sini?"

Bintang menyambut dengan menenggelamkan wajahnya ke balik bajunya. 'Lihat ke sini maksudnya bu?"

Hehe. Dari beberapa kali kesempatan mengisi lembar evaluasi diri, saya bisa melihat mereka berkembang. Mereka makin terampil menulis jawaban-jawaban mereka dalam kalimat-kalimat ekspresif yang khas.

Ini jawaban-jawaban yang saya ingat dari mereka.


Tentang bertanya, berpikir, menyelidik, dan mencari tahu.

Ya, aku suka bertanya. Aku sering bertanya pada orangtuaku dan mereka selalu mau menjawab.

Ya, aku sering sekali bertanya. Kadang-kadang pertanyaanku membingungkan orang.

Tidak, aku tidak suka bertanya. Aku sudah tahu semuanya.

Aku suka berpikir. Tapi kalau berpikir terus menerus kadang-kadang aku bosan.

Aku bisa mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Kadang-kadang aku membantu orang lain memecahkan masalah.

Aku suka mencari tahu dengan membaca hal-hal yang aku belum tahu. Aku juga suka menyelidiki orang-orang.

Tentang berkomunikasi

Tidak. Aku tidak cocok dengan komunikasi. Aku bicaranya kurang jelas.

Aku tidak terlalu sering mendengarkan orang lain. Untungnya orang lain mengerti kalau aku bicara.

Aku suka mendengarkan orang lain. Dari mendengarkan aku belajar banyak hal.


Tentang mengambil resiko

Aku berani mengambil resiko.Contohnya aku pernah takut meluncur di kolam renang, tapi aku coba saja dan ternyata tidak apa-apa.

Aku berani mengambil resiko. Aku berani mencoba makanan baru yang aku belum tahu rasanya.

Aku tidak terlalu berani. Kadang-kadang aku takut salah.


Tentang berpengetahuan luas

Aku tidak terlalu, soalnya aku jarang membaca buku.

Aku tahu banyak hal. Kalau anda tanya, nanti aku kasih tahu.

Aku ada yang tahu ada juga yang tidak tahu. Kalau aku tidak tahu aku tanya saja.


Menariknya, saya sering mengamati jawaban anak-anak dan korelasinya dengan performa mereka di kelas. Memang tidak pernah dihitung-hitung secara kuantitatif, tapi saya sering menemukan bahwa anak-anak yang memiliki penilaian positif tentang dirinya memang menunjukkan prestasi belajar yang sesuai dengan potensi mereka. Anak-anak yang memiliki penilaian negatif tentang dirinya, seringkali adalah anak-anak yang membuat saya gemas karena menganggap prestasi belajar mereka bisa lebih baik lagi jika melihat potensi yang mereka punya.

Cukup mengejutkan buat saya melihat anak-anak bisa menilai dirinya sendiri dengan ketepatan seperti itu. Jarang saya melihat anak-anak yang faking good dan mengisi semua kolom dengan senyum lebar. Lebih-lebih sebaliknya.

Saya ingin sekali suatu hari nanti menjajarkan lembar evaluasi diri mereka sejak kelas 1 sampai kelas 6. Apa yang akan saya lihat, ya?

No comments: