Sudah sebulan lamanya anak-anak selalu mengomentari makanan yang mereka bawa saat makan pagi dan siang.
Bu, lihat aku bawa mie! Ini mengandung karbohidrat kan?
Bu, aku bawa buah hari ini! Kira-kira buah anggur vitaminnya apa ya?
Bu, sosis itu mengandung protein bukan?
Buuuu.... si anu bawa cokelat lagi! Kan nggak boleh sering-sering. Itu kan banyak gula dan lemaknya!
Di hari yang lain, setelah koran anak membahas tentang cokelat dan
Katanya makan cokelat itu menghindari serangan jantung lho, Bu.
Sebagai penutup tema nutrisi, saya mengajak anak-anak melihat gambar-gambar alat pencernaan sambil (ceritanya) membaca buku. Acara membaca buku kurang sukses karena anak-anak bertanya terus.
Coba kita bayangkan, setelah makanan masuk mulut (saya pura-pura memasukkan makanan ke dalam mulut dan pura-pura mengunyah) apa yang terjadi?
Makanan dikunyah, bu!
Apa yang mengunyah makananmu?
Lidah!
Saya memandangnya penuh tanda tanya.
Eh, maksudku gigi!
Setelah makanan dikunyah gigi, makanan jadi lebih lembut dan masuk ke dalam tempat ini. Tempat yang seperti tas dan bisa memanjang. Saya menunjukkan gambar lambung. Namanya lambung. Di dalam lambung, makananmu dihancurkan lagi sampai halus seperti bubur.
Caranya bagaimana?
Lambungnya bisa bergerak meremas. Juga dibantu cairan-cairan yang asam. Namanya enzim.
Kok tahu bu kalau cairannya asam?
Memang anak-anak tak ada matinya kalau bicara tentang tubuh sendiri. Mereka sungguh ingin tahu semuanya.
Bu, apa bedanya syaraf dan pembuluh darah?
Ujung-ujung syarafmu ada di pancaindera. Ia mengirim pesan tentang apa yang kamu lihat, dengar, dan rasakan ke otak. Nanti otak akan mengirim perintah kali ke tubuhmu, apa yang harus dilakukan tubuhmu. Darah di pembuluh darah mengirim oksigen dan makanan ke setiap anggota tubuh agar semua bisa bekerja.
Jadi darah itu seperti tukang pos?
Kurang lebih begitu.
Kalau syaraf itu seperti alat komunikasi?
Hehehe, sepertinya. Boleh saja kalau kamu ingin mengingatnya begitu.
Seperti biasa, kalau sedang seru, waktu seperti berlari-lari. Waktu makan siang tiba dan saya membubarkan anak-anak untuk cuci tangan lalu makan.
Mereka bertanya, "Sudah, cuma ini saja? Kita tidak perlu membuat lembar kerja?"
Saya. "Nanti setelah makan. Bu Tia punya puzzle untuk dikerjakan."
"Kok tidak tadi saja, Bu?"
"Habis kalian tanya melulu sampai waktunya habis."
Medina menyahut, "Lho, aku kan cuma ingin tahu."
Hihihihi....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment