Wednesday, April 11, 2007

Besar Hati

Anak-anak itu, meski kecil, besar hatinya. Saya bisa tidak bosan-bosan membahas bagaimana mereka sangat mudah saling memaafkan.

Gita menghampiri saya di jam istirahat. Sendirian.

Gita : Bu, tadi Sargie giniin kepalaku (ia menunjukkan gerakan yang dimaksud)
Saya : Bagaimana Bu Tia tahu kejadian yang sebenarnya kalau Sargie tidak ikut ketemu Bu Tia. Kamu ingin Bu Tia membantu menyelesaikan masalahnya?
Gita : Iya.
Saya : Mana Sargie.


Saya tidak mendorong kebiasaan mengadu. Saya selalu bilang pada mereka, kalau ingin saya membantu menyelesaikan masalah di antara mereka, semua harus datang. Tidak cuma satu orang, tapi semua yang merasa bermasalah.

Lama sekali mereka tidak datang-datang. Saya menyusul ke halaman bermain dan memperhatikan dari jauh. Tampaknya Sargie enggan. Mungkin ia merasa bersalah dan takut dimarahi.

Tak berapa lama, mereka berdua mendatangi saya.

Saya : Jadi tadi bagaimana ceritanya?
Sargie : (Matanya sudah berkaca-kaca) Tadi Sargie bilang beratnya lebih satu kilo menurutku.... (sambil menangis Sargie mencoba menceritakan apa yang memicunya memukul kepala Gita)
Saya : Begitu. Kalau menurut Gita bagaimana?
Gita : Enggak Bu, tadi itu seperti ini. Aku maksudnya bercanda, tapi aku dipukul.
Sargie : Nggak, aku nggak dibilangin kalau itu bercanda. Aku nggak tahu kalau itu bercanda.
Saya : Oh, jadi tadi sebenarnya bercanda, Sargie. Tapi mengapa memukul?
Sargie : Aku tadi sudah minta maaf tapi tidak dimaafkan.
Gita : Belum minta maaf.
Saya ; Sudah atau belum minta maaf?
Gita : ehmm... sudah tapi belum salaman.
Sargie ; Sudah aku kasih tanganku tapi Gita tidak mau.
Saya : Kenapa tidak mau?
Dua-duanya diam.
Saya : Kalian masih marah ya? Kalau tidak bermaafan, teman kita berkurang satu. Rugi kan?
Gita : (mengulurkan tangan) maaf ya.
Sargie : (masih berurai air mata, menyambutnya) Aku juga maaf ya.
Saya : sudah mau main lagi?


Sargie mengapus air matanya. Mereka pergi bergandengan naik ke trampolin sama-sama. Tak ada yang bertanya mengapa Sargie sembab wajahnya. Tak ada yang mengungkit lagi apa yang terjadi.

Sampai bel berbunyi mereka masih berlari masuk kelas sambil bergandengan.

Sejujurnya saya berharap dalam hati, saya, dan semua orang di sekitar saya juga punya hati yang sama besarnya untuk cepat saling memaafkan seperti itu.

No comments: