Wednesday, April 04, 2007

Jiwa Panitia

Semasa kuliah saya punya seorang teman dekat yang dijuluki "panitia" oleh teman-teman kami (termasuk saya tentunya). Mengapa? Karena ia selalu tampak serius dan sibuk oleh banyak hal. She is a very nice friend.

Beberapa hari ini saya mulai melihat bahwa anak-anak juga punya bakat jadi panitia. Diawali dengan proyek mendongeng di kelas saya.

Anak-anak begitu bersemangat mendengar saya berencana mengirim mereka ke kelas-kelas yang lebih muda untuk mendongeng minggu depan. Saya sudah membagi-bagi dongeng dan kelompok-kelompok.

Medina : Bu, aku punya buku Sehari Menjadi Pendongeng, besok aku bawain ya?

Bintang lebih histeris lagi. Ia langsung mengoceh tentang rencananya belanja bahan-bahan untuk membuat boneka tangan dengan ibunya. Ketika saya minta setiap kelompok memilih bagaimana cara mereka akan mendongeng, apakah dengan boneka, kostum, atau efek suara, dengan segera Bintang dan kelompoknya memilih ketiga cara di atas.

Menjelang waktu pulang, saya ingatkan mereka untuk menjaga agar lembar dongengnya tidak sampai hilang. Saya tak punya gantinya. Kalau hilang, fotokopi sendiri dari temanmu.

Bintang : Kalau begitu Bu, nanti pulang sekolah aku akan fotokopi naskahku empat kali. Murah kok bu, cuma seratus selembarnya. Jadi kalau empat cuma empat ratus. Jadi kalau hilang semua sudah ada gantinya.

Preventif sekali.

Siangnya, saya bersama Ibu Lucy menemani anak-anak kelas 3 dan 4 menyusun Buku Tahunan. Kami menjelaskan proses penyusunannya dan besar biaya yang kami butuhkan. Ada satu kelompok anak kelas 4 yang bertugas jadi tim iklan dan sponsor. Saya minta mereka bertanya pada orangtua dan orangtua temannya untuk membuat daftar orang-orang yang dapat dihubungi untuk dimita menjadi sponsor.

Setengah jam berikutnya mereka sudah meeting serius. Ketika saya melongok, kertas mereka sudah berisi daftar calon sponsor (bukan hanya nama orangtua yang harus dihubungi). Mereka sudah tulis nama perusahaannya segala! Mereka sibuk mempertimbangkan siapa saja yang bisa dihubungi karena kenal banyak orang.

Mini : Itu, kita telepon aja mamanya Lika. Mamanya kan produser. Pasti kenal banyak orang deh.
Saya : Berani, telepon mamanya Lika?
Mita : Ya berani, lah buuuu....

Mereka sudah cemas soal presentasi. Kalau nggak bisa bagaimana. Saya tertawakan. Pasti bisa. Pasti mengesankan, meskipun kikuk dan sradak-sruduk. Meskipun polos dan salah ngomong, saya yakin para calon sponsor akan tersenyum-senyum melihat anak SD jadi panitia.



PS: Ada yang berminat jadi sponsor buku tahunan kami? :)

No comments: