Wednesday, April 18, 2007

Malu

Di tengah pelajaran Bahasa Inggris, Sargie menangis tersedu-sedu. Ia ada di pelukan The English Teacher sambil menggumam, "I am so sorry, I didn't mean it!"

Ternyata, ada insiden kecil. Sargie tak sengaja buang gas di tengah diskusi, beberapa temannya tertawa dan berkomentar. Sargie yang rentan kalau membuat kesalahan langsung merasa "runtuh".

The English Teacher mengijinkan saya mengajak Sargie keluar. Kami mencari tissue, dan Sargie masih tersedu-sedu di kamar mandi.

Saya duduk di dekatnya.

Saya: Sargie malu ya?
Sargie: (mengangguk-angguk) Aku tadi sebenarnya sudah sakit perut. Aku sedang berpikir bagaimana mengatakannya dalam Bahasa Inggris. Lalu terlanjur...
Saya : Tidak apa-apa. Kadang-kadang kita membuat kesalahan. Ibu rasa sebentar lagi teman-temanmu juga lupa.
Sargie : Aku bagaimana bisa lupa tadi aku yang berbuat. Lalu ditertawakan. Aku kan sedih sekali. (Menangisnya makin keras). Disininya bu (menunjuk dadanya) nggak bisa hilang.

Beberapa lama Sargie saya biarkan bercerita tentang apa yang dirasakannya. Ia masih belum mau masuk kelas. Ia mengambil minum sebentar lalu duduk di luar lagi.


Saya : Kadang-kadang tidak apa-apa lho, berbuat salah. Apalagi tidak sengaja seperti tadi.
Kalau kamu tidak pernah salah, tidak bisa jadi lebih baik. Tidak tahu salah itu rasanya seperti apa dan bagaimana supaya lain kali tidak salah lagi. Kalau kita tidak pernah salah, kita tidak bisa mengerti kalau orang lain membuat kesalahan atau mengalami kecelakaan kecil. Seperti teman-temanmu tadi, mungkin mereka belum tahu. Sargie sekarang sudah tahu, berarti Sargie sudah jadi anak yang lebih baik. Sudah tahu salah rasanya seperti apa, malu rasanya seperti apa. Kamu jadi tidak mau menertawakan orang kan? Lagian sudah tahu, harus bagaimana lain kali kalau perutnya sakit?
Sargie; (tersenyum sedikit) Iya sih.
Saya : See, you've learned something new.
Sargie : Iya. Aku sekarang sudah siap masuk kelas lagi.
Saya : Ok.

No comments: