Tahun ajaran ini saya hanya mengajar 8 jam seminggu, maka baru terasa bahwa saya benar-benar suka berada di kelas. Lupa semuanya, lupa panik, lupa stress, lupa kalau sedang tidak enak badan.
Hari ini saya seharian mengajar di kelas 5. Datang dengan berbagai perbekalan, saya masuk ke kelas yang sunyi sepi. Anak-anak cuma menggumam, 'Hai, Bu' nyaris tanpa menatap saya. Berjingkat-jingkat saya menghampiri meja guru dan berbisik pada guru kelas 5, "Mereka sedang apa, sih?"
"Meneruskan komik yang kemarin..."
Barulah saya ingat. Selasa lalu saya mengajak anak-anak membuat komik dari cerita rakyat Macan Kemayoran dalam pelajaran PLKJ mereka. Kebetulan (eh, disengaja) nyambung dengan bahasan Bahasa Indonesia kami tentang unsur cerita. Selasa itu saya mengajak mereka menyarikan 8 urutan kejadian penting dalam cerita. Anak-anak agak kewalahan karena ceritanya panjang. Hampir 8 halaman. Maka saya mengajak anak-anak memperhatikan peralihan latar tempat dan waktu, lalu mencari peristiwa paling penting di setiap latar tempat dan waktu.
Nah, pekerjaan jadi lebih mudah. Kami juga membuat tabelnya di papan tulis. Latar tempat dan waktu ini nanti akan menjadi bagian dari komik yang mereka gambar. Jadi background-nya tidak asal-asalan. Setelah selesai menyimpulkan garis besar ceritanya, barulah anak-anak membuat komik.
Sambil mulai menggambar, saya mengajak anak-anak mengobrol tentang penokohan Macan Kemayoran. Menurutmu Murtado itu pakaiannya seperti apa ya?
Anak-anak malah keterusan. Kalau perempuan Betawi jaman itu pakai apa, bajunya? Kalau si Bek Lihun ini anak buah kompeni, bajunya masih pakai celana komprang dan kopiah juga? Hmm, tangan-tangan mereka sibuk, mulutnya juga terus bertanya.
Dhiadri ngomong sendiri, "Ah, ini si Mandor Bacan ini aku buat alisnya tegas melengkung ke bawah."
Saya tahu sih, untuk apa, tapi saya ingin teman-teman Dhiadri juga mendengar alasannya. "Mengapa kamu gambar seperti itu?"
"Kalau kugambar biasa saja, jadinya tidak beda dengan Murtado. Kalau alisnya begini (menekuk ke bawah) jadi lebih galak. "
Saat waktu habis, dia pun mengeluh, "I am enjoying this, Bu."
"Nanti kamu bisa lanjutkan lagi, nak, sambil menunggu ekskul mulai."
Itulah asal muasalnya mengapa saja didiamkan saja sepanjang pagi. Dua puluh menit berlalu, dan Ibu Guru Kelas 5 bertanya, "Mau disuruh berhenti?"
Saya menggeleng, biarkan saja. Saya tulis di papan tulis apa saja yang bisa kami kerjakan sepanjang pagi. Maka pagi tadi sebagian anak terus menyelesaikan komik, sebagian lagi melanjutkan cerpennya, dan Adinda mengedit cerpennya bersama saya.
Asyik.
Siangnya kami ke perpustakaan. Membaca dan meminjam buku mingguan. Saat turun kembali ke kelas, saya menoleh ke barisan di belakang saya, ternyata semua jalan sambil baca buku. Hihihi.
Di kelas, kami belajar tentang kata penghubung. Anak-anak saya ajak bermain dengan kartu kata penghubung.Kami tertawa-tawa terus jadinya. Lama-lama anak-anak menantang saya mengeluarkan kalimat-kalimat yang lebih sulit. Setelah lebih dari 10 kalimat yang salah hanya 1-2 orang saja, itupun bergantian, barulah kami beralih ke lembar kerja untuk latihan. Kelas kembali sunyi dan sepi. Semua khusyuk bekerja.
Enak benar ya jadi guru kalau begini.
Sebelum pulang, Musa menutupnya dengan kalimat yang membuat sakit kepala saya seharian ini hilang, "Ibu, Bahasa Indonesia hari ini menyenangkan sekali. I enjoyed it."
Bu Tia juga.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment