Friday, August 01, 2008

Super Hero

Saya punya separation anxiety, jadi masih sering clingy.

Kelas 6 (sekarang bersama Bu Andin) sedang belajar tentang ciri-ciri khusus makhluk hidup. Bu Andin membuat rencana pelajaran dengan meminta anak-anak merancang satu superhero berdasarkan hewan tertentu. Jelas, mereka harus paham betul ciri-ciri khusus si hewan atau superheronya jadi tidak super (dan habis dibantai teman-teman).

Beberapa kali anak-anak bercerita selintas tentang tugas ini. Dhara chatting dengan saya sambil "browsing tentang superhero". Mita yang bergelantungan di ayunan juga bercerita bahwa Adam sangat bersemangat dan serius menyiapkan superheronya.

Ketika unit ini selesai, Bu Andin pun terheran-heran. Ternyata anak-anak kelas 6 sudah jago ngeles, alias pandai membantah dan mempertahankan pendapatnya. Semua daftar kata yang direncanakan Bu Andin untuk dipelajari anak-anak pada unit ini, muncul saat presentasi tanpa kecuali dan tanpa paksaan. Mereka memang butuh kata-kata itu untuk menjelaskan superheronya dengan baik.

Saya percaya bahwa anak-anak memang menguasai bahan dan jelas tidak akan mudah lupa.

Itu adalah tantangan terbesar bagi saya saat menyiapkan rencana pelajaran. Bagaimana, apa, yang dapat saya lakukan untuk membuat anak-anak sepenuhnya terlibat? Bagaimana saya tahu mereka terlibat dan kegiatan itu bermakna bagi mereka?

Parameter "bodoh" saya adalah:
1. Kegiatan menjelaskan, diskusi terpimpin, atau semacam itu, hanya terjadi 15- 20 menit saja.
2. Selebihnya anak-anak mengerjakan sesuatu tanpa kecuali. Tak ada yang diam saja, atau sibuk mengganggu teman. Dan ini terjadi dengan sendirinya tanpa saya suruh dan tanpa saya peringatkan bahwa mereka harus tenang. Bahkan, biasanya mereka akan tetap berbicara tentang apa yang dikerjakan, tapi tidak mengobrol
3. Saya tidak dihujani pertanyaan boleh gini boleh gitu atau aku nggak ngerti. Jika terlibat penuh, anak-anak tahu bahwa saya ada dan siap membantu mereka, tapi mereka lebih ingin mengerjakannya sendiri.
4. Mereka marah kalau waktunya habis.

Parameter ini saya gunakan untuk melihat berkeliling kelas selagi menunggui dan membantu mereka bekerja.

Menyiapkan kegiatan yang akan membuat anak-anak terlibat sepenuhnya memang perlu waktu sedikit lebih panjang dan usaha sedikit lebih banyak. Tetapi melihat hasilnya, kadang-kadang saya merasa mau saja mengusahakannya dua kali lipat lebih keras.

Tidak hanya ingatan anak-anak bertahan lebih lama, tapi masalah-masalah perilaku di kelas juga jadi menurun drastis. Tak ada acara ngambek dan bertengkar. Saya tak perlu marah karena suara anak-anak terlalu keras. Saya juga tak perlu kesal karena merasa anak-anak lambat, tidak antusias, tidak kreatif, malas-malasan, dan semacamnya. Saya tak perlu jadi gembala yang sibuk menghela-hela kambing ke satu arah saja.

Karena kami, saya dan anak-anak, sama-sama menikmati pengalaman belajar itu dengan perasaan gembira....

2 comments:

Anonymous said...

Ingin sekali berkunjung ke kelas bu Tia yang menyenangkan. Bolehkan sekali waktu kami bertamu? Banyak sekali inspirasi dari blognya. Trims. Shanty.

Tia said...

silakan saja mbak shanty...

:)