Sudah satu bulan ini kami berkutat dalam tema Gaya dan Gerak. Walau awalnya anak-anak agak bingung membedakan gaya (style) dan gaya (force), lama-kelamaan mereka mengerti juga kalau gaya (force) adalah mendorong atau menarik, dan ternyata berbeda dengan gaya (style) seperti dalam berenang atau sedang difoto. Anak-anak sudah melakukan banyak kegiatan yang membuat saya sering terkaget-kaget saat menemani mereka berproses.
Poster
Anak-anak membuat poster berupa kumpulan gambar-gambar yang digunting dari koran bekas dan majalah. Mereka mencari gambar-gambar yang menunjukkan orang sedang mendorong atau menarik sesuatu dengan variasinya. Dhimas membuatnya sangat komprehensif dengan 16 gambar dan tanda panah di sana-sini untuk menunjukkan "gaya" yang terjadi. Dhimas bangga sekali ketika saya menempel poster karyanya tepat di depan kelas dan langsung dikerumuni teman-teman kelas sebelah saat istirahat tiba.
"Dhimas, this is wonderful!"
"I know that. I worked hard for it! My Mom helped me a bit. See, i found 16 pictures! That's a record!"
Mobil Mainan
Suatu hari saya minta anak-anak membawa mobil mainan. Kami mencoba mendorong mobil mainan dengan berbagai level kekuatan (dorong kuat-kuat dan dorong pelan-pelan, juga dorong sedang-sedang) lalu mengukur jarak tempuhnya dengan sedotan. Ya, anak-anak sedang belajar mencatat hasil pengamatannya, tapi mereka belum fasih betul menggunakan alat ukur sungguhan seperti meteran. Tentunya hal kecil seperti itu tidak perlu menghambat. Anak-anak toh sangat telaten untuk meletakkan sedotan atau stik es krim berturut-turut untuk bisa membandingkan panjang.
Karena anak-anak menjalankan eksperimen kecil itu dengan mudah, saya meminta mereka untuk membuat laporannya untuk kemudian diceritakan di depan kelas. Saya ambilkan kertas A3 dan memberi mereka instruksi untuk memilih judul eksperimen, menulis pertanyaan awal, mendeskripsikan alat dan bahan yang digunakan, merinci cara kerja mereka dan menuliskan hasilnya.
Mengerikan?
Tidak sama sekali. Saya tidak menuntut hasil sempurna. Ketika mereka membuat judul "Super Car Race" saya tidak marah. Mereka menulis alat dan bahan, cara kerja dan hasil tanpa kesulitan.
"Jika mobil mainan didorong kuat, ternyata bisa berjalan jauh. Jaraknya 19 sedotan. Jika mobil mainan didorong sedang-sedang, ternyata berjalannya agak dekat. Jaraknya 10 sedotan. Tapi kalau aku mendorongnya tidak kuat, ternyata jaraknya hanya 2 sedotan."
ITU saja sudah hebat sekali menurut saya. Anak-anak hanya agak kesulitan ketika harus menyusun pertanyaan. Pertanyaan seperti apa? Dalam penelitian orang dewasa menyusun pertanyaan adalah merancang hipotesis. Saya katakan pada mereka, pertanyaan yang seharusnya ditulis adalah pertanyaan yang jawabannya bisa kamu temukan dalam hasil. Apa yang membuatmu ingin tahu dan melakukan percobaan tadi? Saya tidak berharap banyak dari mereka. Ketika anak-anak menulis
"Bagaimana caranya supaya mobil bisa berjalan cepat?"
Saya biarkan saja. Kelompok Dhiadri lama mondar-mandir tanpa hasil. Saya tanya apakah mereka menemui kesulitan? Dhiadri mengeluh tidak dapat menyusun kalimat untuk pertanyaannya walaupun ia merasa "I think i get the idea". So, what is that, Dhiadri?
"Kalau aku mendorong mobilnya berbeda-beda apakah jarak yang ditempuh juga berbeda-beda?"
I think his work is super. Kalimatnya seharusnya berbunyi, apakah besar gaya mempengaruhi jarak dan kecepatan... semacam itu. Tapi buat saya kalimatnya sudah sempurna.
Sir Isaac Newton
Bosan dengan kegiatan reading comprehension yang begitu-begitu saja, saya memanfaatkan teks bacaan Isaac Newton untuk bermain "Aku Ingat!" Kami membaca dalam waktu singkat, lalu mencoba mengingat kembali informasi yang sudah dibaca sambil menulisnya di kertas bersama. Tiga puluh menit berlalu ketika sebagian besar anak-anak masih bersemangat angkat tangan dan bergantian menulis. Riri memandang saya, " Bu, aku masih bingung dengan hukum Newton yang kedua ini. Maksudnya apa?"
Saya mengajaknya beralih dari kelompok besar dan mencoba menjelaskannya dengan penggaris yang dilentingkan. Sebentar kemudan kami berempat (delapan orang lain masih sibuk main ingat-ingat) keluar kelas dan mencoba hukum-hukum Newton itu dengan otopet. Kami berempat senang sekali. Saya tidak yakin anak-anak betul mengerti, karena bukan itu tujuan saya mencoba bersama mereka. Saya tahu anak-anak senang mendapat kesempatan mencoba apa yang mereka tahu atau mereka baca. Saya tidak bermaksud membuat seisi kelas fasih menggunakan ketiga hukum Newton itu. (Saya bahkan jadi bertanya-tanya sendiri, mengapa saya cantumkan dalam bacaan?), tetapi ternyata sempilan ini justru bisa menjadi pengayaan buat mereka yang ingin tahu lebih jauh.
Mengukur Gaya
Melanjutkan cerita tentang Newton, Apel, dan Gravitasi, anak-anak mencoba membuat skala pengukur gaya. Kami gunakan ember kecil bertali karet gelang dan mencoba menimbang satu kardus aneka produk. Anak-anak membaca berat bersih tiap bungkus makanan (dan lain-lain) lalu memberi tanda pada karton yang kami gunakan sebagai skala. Setelah produk-produk itu habis ditimbang, beberapa anak mulai berinsiatif untuk menggabungkan beberapa produk untuk mendapatkan berat yang lebih besar. Kelas kami hiruk pikuk seperti pasar.
Tadinya saya menyiapkan kegiatan ini sebagai bagian dari integrasi sains dan matematika. Membaca label makanan, mengurutkan nominal berat dari yang terkecil sampai terbesar, itu sudah kegiatan belajar untuk mereka. Berkaitan dengan gaya dan gerak saya juga sudah bercerita tentang gaya gravitasi, hubungannya dengan berat, dan nama Newton yang diabadikan menjadi satuan. Kami pun sudah membaca bagaimana orang di luar angkasa melayang tanpa gravitasi.
Anak-anak tidak lupa bahwa berat benda sebenarnya adalah besar gaya tarik bumi terhadap benda itu. Ketika membicarakan gaya maka kita akan menggunakan satuan Newton. Seperti ketika kita membicarakan berat kita akan menggunakan satuan gram, dan ketika bicara tentang panjang kita akan menggunakan satuan sentimeter.
Saya sudah bersiap-siap membantu anak-anak melakukan konversi dari berat gram ke dalam satuan Newton. Nyatanya, saya cuma perlu memberi satu contoh saja. Anak-anak mengembalikan karton mereka pada saya dengan satu sisi ditulisi berat gram berturut-turut, dan sisi lainnya konversi ke satuan Newton. Tanpa kesalahan. Lengkap dengan gambar Sir Isaac Newton tidur di bawah pohon apel dan kejatuhan apel.
Saya bingung, anak-anak seperti apa sih yang sebenarnya ada di kelas saya. Kelas 2 SD atau kelas 2 SMP?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment