Friday, February 03, 2006

Merah

Mata Merah

Ketika bangun tidur, mata saya merah sekali. Berkat bantuan obat tetes mata, merahnya sudah hilang dalam dua puluh menit. Tetapi saya masih belum berani memakai lensa kontak yang selalu saya pakai dalam enam tahun terakhir ini. Saya keluarkan kaca mata cadangan dan pergi ke sekolah dengan kaca mata.

Anak-anak di kelas saya tadinya tidak begitu memperhatikan. Setelah kami mulai berkumpul bersama di karpet, barulah mereka berkomentar.

Hey, you wear glasses!
You look weird, Bu Tia!
No, it is not weird. It is nice!
Yea, it is nice. She looks preety.
Well, she looks smart with the glasses.

Ketika saya keluar untuk bermain bersama mereka di jam istirahat, gemparlah satu sekolah. Semua anak kelas tiga berhenti main bola dan bertanya, "BU TIA KENAPA PAKAI KACAMATA??" Saya menjelaskan tentang iritasi pagi tadi.

Anak-anak kelas 1 tidak kalah herannya. " Bu Asti... eh, Bu Tia... kok bu Tia pakai kacamata?" Sekali lagi saya menjelaskan tentang iritasi pagi tadi. Dua jam kemudian salah satu guru kelas 1 menghampiri saya, "Anak-anak itu bu, datang ke saya terburu-buru. Bu Lusi, Bu Lusi, sudah tahu belum, Bu Tia pakai kacamata??"

Wah, sepertinya saya akan lebih sering pakai kacamata.


Baju Merah

Thalia datang dengan baju merah dan celana merah.
"Selamat pagi, Thalia. Ibu suka warna bajumu. Cerah sekali!"
Thalia hanya menanggapi dengan senyum malu-malu dan mata yang kelihatan sekali bangga.
Riri yang ada di dekat kami ikut berkomentar, "Iya bu, merah kan artinya berani."
"Jadi?"
"Mungkin hari ini Thalia jadi berani juga."
"Berani apa, Ri?"
"Berani bicara lebih keras..." dengan sengaja Riri bicara sambil melihat ke arah Thalia.

Saya langsung ke keyboard komputer dan lagi-lagi mencatat 'kata-kata bijaksana' dari Riri. Saya selalu kagum pada kemampuannya menyampaikan gagasan secara verbal. Entah karena baju merah atau karena sindiran halus Riri, hari ini Thalia berani angkat tangan dua kali selama diskusi kelas. Suaranya masih lirih, tapi jauh lebih baik daripada saya harus membaca pikirannya.

No comments: