Pagi ini ada seseorang yang mengintip di jendela kelas sebelum kelas kami mulai. Gerak tubuhnya membuat saya berpikir bahwa ia mencari seseorang atau sesuatu. Saya menghampirinya.
Setelah saling mengucap salam dan bertukar kalimat, saya baru menyadari bahwa ia adalah ayah dari salah satu murid saya. Saya katakan itu padanya. Si Ayah tertawa, sekarang saya tidak berkumis lagi, jadi barangkali ibu tidak kenal saya. Si Ayah hanya ingin mampir dan pamit pada anaknya.
Pertemuan itu hanya berjalan beberapa menit. Tapi bagi saya amat berkesan. Sekarang saya tahu darimana Dhimas mendapatkan gerak tubuh dan ekspresi yang khas. Dari ayahnya. Beberapa menit itu juga membuat saya mendapatkan gambaran utuh tentang hubungan Dhimas dan ayahnya.
Mereka berdua saling mengagumi. Ayah bangga pada Dhimas yang sangat kreatif dan tanpa perlu dipertanyakan lagi, cerdas. Bagi Dhimas, ayahnya adalah seseorang yang pantas dipuja. Ia tertarik pada setiap rincian pekerjaan ayahnya apalagi jika kebetulan bersinggungan dengan pelajaran di kelas. Saya bisa merasakan bahwa pagi itu mereka sangat menikmati kesempatan untuk berdua saja sepanjang perjalanan ke sekolah.
They are wonderful.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment