Sejak kuartal baru mulai, saya agak kesepian. Saya jarang mendengar pertanyaan-pertanyaan yang mengejutkan dari kelas saya. Ada sih beberapa, tapi saat saya ingin menulis, susah mengingat-ingatnya.
Jumat kemarin saya senang sekali. Akhirnya! Akhirnya saya mendengar lagi pertanyaan-pertanyaan spontan penuh rasa ingin tahu dari anak-anak kelas ini.
Kami sedang membahas tentang dokumen-dokumen penting seperti akte kelahiran, ijazah, kartu keluarga, dan lain sebagainya. Sepertinya bahan ini membosankan, tapi ternyata sama sekali tidak. Diskusi merembet ke KTP, SIM, Paspor, lalu tiba-tiba Medina bercerita bahwa ibunya baru pulang dari Beijing dan sebelum berangkat perlu mengurus visa. Visa itu untuk apa?
Saya bilang bahwa jika ingin pergi ke sebuah negara kita perlu ijin dari negara itu. Ijinnya disebut visa. Biasanya kita mengurus surat ijin ini ke kedutaan negara itu. Misalnya kamu ingin pergi ke Perancis, kamu harus pergi ke kedutaan Perancis. Disana akan ditanya untuk apa pergi ke Perancis, akan tinggal di mana, berapa lama, dan lain-lain. Kalau diijinkan datang kita akan diberi visa yang diletakkan di paspor. Nanti, di tempat tujuan paspornya akan diperiksa.
Kedutaan itu di mana?
Wah, pertanyaan menarik karena kemarin-kemarin anak-anak sempat membahas bendera sebagai lambang negara. Jadilah anak-anak asyik bercerita kalau pergi ke Jalan Kuningan banyak gedung yang benderanya berbeda-beda.
Lalu kalau gedung yang benderanya banyak itu kedutaan apa, Bu?
Ibu, kalau ke Singapura juga perlu mengurus visa?
Kesempatan! Kami melihat peta dan melihat negara-negara di Asia Tenggara. Anak-anak jadi tahu bahwa kalau kita ingin berkunjung ke negara-negara ASEAN tidak perlu visa. Malaysia dan Singapura termasuk ASEAN. Kita tak perlu visa untuk pergi ke sana.
Bintang menyahut, buat apa ada kedutaan Malaysia kalau tidak perlu visa ke Malaysia?
Gara-gara kedutaan, somehow beberapa anak juga mempertanyakan apa itu catatan sipil. Tahu bahwa catatan sipil mengurus masalah-masalah pencatatan kependudukan seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian, ada saja yang menanggapi
Bu, kalau orang sudah mati kenapa harus dibuat suratnya? Kan tidak bisa dibawa?
Aduh, anak-anak ini. Sekali mesinnya sudah panas, pertanyaannya tak berhenti. Saya ingin menjawab terus, tapi waktu di kelas begitu cepat berlari menuju waktu pulang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment