Friday, March 03, 2006

Red Line

Dua minggu ini anak-anak sedang membuat sebuah alat permainan bernama Penangkap Balon.

Penangkap Balon dibuat dari botol plastik ukuran 1,5 liter yang dipotong dua bagian. Bagian yang digunakan adalah bagian atas sehingga leher botol bisa menjadi pegangan. Anak-anak membuat kolase dari berbagai kertas untuk menutupi botol sehingga botol itu lebih personal. Setelah selesai, balon diikatkan dengan tali sedemikian rupa sehingga terciptalah permainan Penangkap Balon. Coba saja lemparkan balon bertali itu ke udara dan mencoba menangkapnya dengan si botol. Ternyata tidak semudah kelihatannya!

Anak-anak antusias sekali. Jam pelajaran ketrampilan yang ada tidak pernah cukup padahal sudah dua kali pertemuan kami mengerjakannya. Anak-anak terus merengek minta dibolehkan mengerjakan mainan itu setiap saat. Saya agak segan karena pekerjaan ini jorok sekali, kertas di mana-mana dan lem belepotan di mana-mana. Malas kan, kalau harus terus-terusan membereskan kelas setiap harus berganti kegiatan.

Akhirnya sebagai jalan tengah saya mencoba membuat ruang kosong di kelas. Besarnya sekitar 9 ubin persegi. Saya batasi ruang itu dengan lakban merah. Saya katakan pada anak-anak bahwa mereka boleh menggunakan ruang berlakban merah itu untuk mengerjakan mainan mereka. Tidak perlu dibereskan kecuali jika sudah waktunya pulang.

Jadi, di kelas saya yang rapi jali itu ada satu sudut berlakban merah di mana di dalamnya bertebaran segala kertas dan lengket oleh lem. Anak-anak berkunjung ke sana tiap ada waktu luang dan mencicil karya mereka.

Saya senang, anak-anak juga senang. Waktu beres-beres kami berkurang.

No comments: