Friday, November 09, 2007

Meledak 1

Sejak awal, kelas kami sepakat bahwa anak-anak akan selalu mengumpulkan tugasnya tepat waktu. Saya, juga akan selalu memberi waktu yang cukup untuk setiap tugas, tidak semena-mena minta dikumpulkan besok pagi.

Minggu lalu saya minta anak-anak mengumpulkan sebuah dongeng yang menggambarkan salah satu jalan kebenaran dalam ajaran Buddha. Ya, mereka sedang belajar tentang sejarah Buddha, dan saya ingin membantu mereka lebih mengerti delapan jalan yang agak rumit itu.

DELAPAN HARI KEMUDIAN...

Saras membawa sesobek kertas berisi tulisannya tentang moral cerita dari sebuah dongeng.
"Tukang fotokopi tutup, bu, dan aku tidak boleh menyobek dongengnya dari buku."

Dara menunjukkan sesuatu yang ia unduh dari internet. Penjelasan panjang lebar tentang delapan jalan kebenaran, ... dalam bahasa Melayu.

Adam bilang ia tak punya dongeng di rumah.


Saya hampir meledak marah. Pernahkah kalian tahu yang namanya perpustakaan? Apa saya menyuruh kamu menulis sendiri sebuah dongeng? Bagaimana ceritanya, setelah setiap minggu selama tujuh tahun terakhir selalu pinjam buku dari perpustakaan tapi dongeng itu apa saja tidak tahu? Saya katakan bahwa sepanjang pagi saya sedang memikirkan tugas presentasi dan revisi tulisan yang sedang mereka kerjakan untuk minggu depan. Saya berpikir keras bagaimana caranya membuat tenggat waktu yang masuk akal untuk semua anak, di mana separuhnya sibuk setengah mati akhir pekan ini. Saya hapus semua perubahan jadwal dan menjadikan semua tugas dikumpulkan hari Senin dan Selasa. Masa bodoh.

Lima belas menit itu saya tunjukkan setumpuk koran anak di sudut kelas, tak tersentuh. Perpustakaan. Waktu delapan hari. Saya benar-benar nggak ngerti. Semangat saya memulai kelas langsung lenyap seketika. Saya minta anak-anak mengerjakan terserah apa saja (saya tahu mereka punya tugas-tugas) dan saya bertukar jam pelajaran dengan Bu Evie.

Saya menghilang dan menggantikan guru yang absen di kelas 1, tertawa-tawa dan mendongengi mereka. Saya baru muncul lagi di kelas pukul 11 siang, setelah pelajaran matematika. Anak-anak tak berani menatap saya.

Saya juga sedang malas bercanda.

Siang itu saya membagikan kertas dan meminta anak-anak menulis apa saja yang jadi tugasnya dan kapan mereka mau kumpulkan tugas-tugas itu. Terserah. Atur sendiri. Oh ya, tentukan juga konsekuensinya kalau tidak mengumpulkan tepat waktu.

Saya tempel semua kertas itu dekat meja saya.

Setelah sore menjelang, saya baru bisa tersenyum melihat Adam menulis, "Jika saya tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, saya tidak boleh main di luar dan akan berdiri di sudut kelas."

No comments: