Ini cerita nyaris tiga minggu lalu, ketika saya setengah impulsif mengajak anak-anak pergi ke Kebun Karinda di Lebak Bulus. Setelah ngobrol banyak tentang sampah, saya ingin juga mengajak anak-anak melihat membuat kompos itu seperti apa.
Jadi, Sabtu pagi itu, anak-anak beserta ayah ibunya, juga saya dan Bu Evie beserta suaminya, melewatkan acara bangun siang untuk berkunjung ke Kebun Karinda.
Anak-anak girang luar biasa melihat tanah lapang, bunga dan tanaman di mana-mana. Agak susah juga membuat mereka mau berkumpul di satu tempat, karena semua ingin menjelajah sambil berlari-lari. Ibu Sri dan Pak Djamaludin bercerita banyak tentang kompos dan RT/RW yang berhasil menghijau. Acara presentasi dengan video dan slides berjalan sekitar satu jam. Saya sudah khawatir anak-anak bosan.
Mereka baru "bangun" ketika diminta memilah sampah organik dan anorganik dan memotong-motong sampah organik sebelum dijadikan kompos. Saya heran juga anak-anak tidak mudah jijik. Bahkan ketika saya meminta mereka mencoba membedakan kompos yang belum jadi, sehingga masih terasa hangat, dan yang sudah jadi, mereka langsung merogoh-rogoh bak tanpa ragu.
Anak-anak pulang sambil membawa sebuah gelas bekas air mineral yang berubah fungsi jadi pot bunga (beserta bunganya). Saya belum tanya, bunga mereka masih hidup atau tidak. Saya sendiri pulang sambil membawa sebuah keranjang takakura untuk membuat kompos.
Berhasil lho! Senang sekali, sekarang sampah di rumah saya tinggal setengah. Kalau ditumpuk di bak sampah depan rumah, tidak lagi bau tidak enak, meskipun truk sampah datangnya sesuka hati.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment