Ketika kita adalah orang yang hebat, dipuji adalah bukan hal besar. Itu hal yang sepantasnya. Kata Alexander The Great; "Am I a lucky man? No, I deserve it. I worked hard for it."
Pujian, pengakuan, keberuntungan, adalah reward yang paling kita inginkan atas ... kemampuan yang kita miliki; kerja keras yang sudah kita lakukan (dan kita anggap tidak akan dicapai orang lain yang bekerja sama kerasnya tapi kurang pintarnya... hahaha)
Bagaimana kalau kita adalah orang biasa-biasa saja. Mediocre. Median kurva normal. Bagaimana kalau kita bukan bintang, tapi orang yang berhasil mencapai harapan minimal orang lain? Akankah seseorang memperhatikan pencapaian kita? Lalu, bagaimana rasanya ketika orang lain memuji pencapaian itu?
Ya, hari ini salah satu murid saya yang 'mediocre' kaget dan jadi berkaca-kaca karena saya memujinya; kamu sudah menunjukkan pada kami semua bahwa 'berhasil' bukan semata-mata gara-gara pandai, tapi karena kerja keras. Kami sebut pantang menyerah. Tidak mudah putus asa.
Dengan tulus saya katakan, saya terkesan pada kemajuannya sepanjang tahun ini. Selama ini kami, guru-gurunya, kesulitan mengenali dan mendeskripsikannya, karena ia betul-betul ada di tengah-tengah. Tidak cemerlang, tidak pula menyulitkan. Tidak pernah butuh bantuan, tapi tidak juga meluncur mulus menyelesaikan semua tugasnya. Ia bukan yang terbaik, ia juga bukan yang memprihatinkan. Dia tidak pernah mengeluh, tidak pernah kehilangan konsentrasi, tidak pernah ngambek, marah, apalagi menangis karena sulit, selalu berkata iya untuk tantangan apapun, ... she is a lucky charm for any first year teacher. Tahun ini ia berkembang pesat. Jauh melebihi harapan kami di sekitarnya. Mungkin juga, jauh di atas perkiraannya sendiri.
It must feel very good inside. Congratulation, girl!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment