Sekarang saya mengerti betul kenapa sebagian murid-murid saya protes kalau diberi libur terlalu lama. Menurut pendapat mereka, kita seharusnya sekolah tujuh hari seminggu. Hari Sabtu dan Minggu juga sebaiknya masuk. Saya yang mengangkat alis, tujuh hari? Akhir pekan saya, bagaimana kabarnya?
(Teman saya mencela, katanya tunggu sampai kamu SMP nak, pasti kamu kepingin sekolah dua hari seminggu saja.)
Ternyata saya sendiri bosan libur terlalu lama. Kemarin saya memutuskan untuk pergi ke sekolah. Ternyata teman-teman saya juga ada di sana (!) Jangan-jangan selama ini saya libur sendiri, yang lain bekerja.
Senang rasanya kembali ke habitat. Saya mengintip kelas saya. Semua rak buku masih dibungkus plastik supaya tidak berdebu. Dinding kelas saya sekarang mulus tanpa cacat, sudah dicat ulang. Selama setahun ini saya mengubah dinding kelas saya penuh totol-totol minyak sisa blue-tec dan sisa-sisa selotip. Saya memang senang sekali menempel hasil karya anak-anak kelas di sekeliling ruangan. Ruang kelas jadi hidup dan menyenangkan. Tahun ini saya akan melapisi dinding dengan tripleks dan plastik (pengajuan anggaran untuk softboard ditolak, terlalu mahal!)
Arena olahraga dan bermain di depan kelas saya sudah hampir jadi. Saya yakin, anak-anak kelas saya yang separuhnya laki-laki tahun ini tidak akan mengulur-ngulur waktu makan siang supaya punya kesempatan main di luar.
Seiring dengan berkembangnya sekolah kami, kelas saya tidak lagi menjadi satu-satunya kelas di gedung baru. Tahun ajaran mendatang ada tiga kelas yang menempati gedung ini. Pasti ramai sekali.
Sudah dulu ya, saya kembali bekerja.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment