Wednesday, June 01, 2005

Ketika Saatnya Tiba

Tahu tidak rasanya kalau tidak bisa melakukan sesuatu? Tahu tidak rasanya ketinggalan dari orang lain yang melesat lebih hebat?

Tidak semua anak di kelas saya super cerdas dan berbakat. Ada juga yang tidak. Tapi, saya tetap mengagumi murid saya yang satu ini. Ia, berusaha mengikuti pace teman-temannya yang cepat, tapi ia tahu kekuatan dan kecepatannya sendiri. Setahun ini, jujur saja, saya mencemaskannya. Anak ini belum bisa menulis dengan baik. Huruf-huruf yang dibuatnya miring ke mana-mana dan bentuknya tidak sempurna. Ia belum membaca dengan lancar, masih terpatah-patah. Artikulasi bicaranya sama sekali tidak bagus. Ia butuh waktu beberapa menit sebelum mengeluarkan satu kalimat yang tidak lengkap. Sementara teman-temannya sudah menyanyi dengan falsetto, dia bahkan tidak pernah berada di pitch yang tepat. Ia juga tidak senang dan tidak terlalu bisa menggambar. Seringkali saya harus memintanya menambahkan sesuatu pada stick figure yang ia gambar.

Tapi, saya tidak pernah melihatnya sedih. Kecuali kalau saya tanpa sengaja mengkritik pekerjaannya (huhuhu... saya tidak selalu jadi guru yang baik). Setelah kami saling mengenal lebih baik, saya baru mengerti bahwa he has his own time.

Mungkin teman-teman yang lain bisa membaca umur 5,5 tahun. Dia bisa membaca setelah umurnya 7 tahun. Lalu kenapa? Pemahaman bacaannya sama baiknya dengan mereka yang membaca lebih awal, sekarang. Ketika saatnya tiba, ketika dia ingin, ternyata dia bisa juga menulis sambung! Wah, hari itu saya senang sekali. I told him, I appreciate it. Ia tidak berhenti menulis dengan huruf sambung sekarang. Pada waktu yang ia inginkan, ia toh mengobrol banyak dengan saya. Bahkan bercerita dengan lancar tentang apa yang ia baca di majalah, atau apa yang terjadi di tempatnya belajar berenang. Kemarin saya mendapatinya menggambar wajah orang dengan detail yang lengkap. Ia bahkan mencoba menggambar gorila dengan buku panduan menggambar, hasilnya lucu. Ia sendiri senang. Dan walaupun pitch suaranya masih ke mana-mana, saya (terutama guru musiknya) senang luar biasa karena ia mau menyanyi keras-keras.

Semua terjadi pada waktunya tiba. Saya sudah tidak mencemaskannya lagi. Saya katakan pada ibunya, di luar segala kekurangannya dibandingkan anak-anak seusianya, he is just as good as them. Bahkan mungkin lebih baik.

Saya katakan pada gurunya di kelas 3 nanti. Just be positive to him. Ia tahu apa yang harus ia lakukan, dan ia pasti melakukannya ketika saatnya tiba.

2 comments:

CaTLio said...

Patience is the key.

Tia said...

patience is something i lack of...