Sunday, April 06, 2008

Memuji

Adalah hal yang lumrah di sekolah kami untuk memberi pujian dan penghargaan meskipun kecil. Kini setelah duduk di kelas 5, anak-anak di kelas saya masih suka menceritakan bagaimana mereka menyimpan sederet penghargaan dan medali-medali yang mereka dapat saat kelas 1, 2 atau 3 SD. Padahal penghargaan dan medali-medali itu bukanlah medali tingkat nasional. Itu hanya medali menang cerdas cermat di kelas, atau penghargaan sebagai murid paling bersahabat kuartal ini. Jelas tidak laku kalau disertakan dalam CV.

"Aku masih ingat kok Bu, Olimpiade waktu kelas 2 itu. Aku masih menyimpan pialanya."

"Oh ya?" Saya agak terkejut. Tentu saya sudah lupa bagaimana olimpiade-olimpiade-an yang saya adakan bersama mereka di kelas 2 itu berjalan, tapi anak-anak masih ingat. Samar-samar saya juga ingat bahwa saya dan Bu Novi membuat piala dari aluminium foil yang... sebenarnya bisa berdiri tegak pun sudah bagus. Dan piala aluminium foil ini yang disimpan oleh Lika hingga sekarang.

Kami, para guru ini, percaya bahwa penghargaan kecil semacam itu akan membuat mereka lebih mengenal kekuatan dirinya dan semoga lebih percaya diri. Dengan aneka penghargaan yang diterima oleh setiap teman, mereka juga belajar untuk tahu bahwa setiap orang punya keistimewaan dan prestasi. Mereka pun belajar saling menghargai.

Harapan-harapan itu ada dalam angan-angan kami. Sampai kemudian kemarin Lika menyerahkan sebuah amplop pada Bu Evi. Bu Evi bercerita bahwa Lika, presiden kelas kami kuartal ini, berniat menyerahkan penghargaan dan ucapan terima kasih pada menteri yang dinilainya punya kinerja paling baik minggu ini.

Di amplop itu Lika menulis, "Senang bekerjasama denganmu."

Di jam terakhir saya melihat Mini membuka amplop itu kemudian mengenakan medali sederhana buatan Lika.

This is one thing.

Ketika Lika dan Saras berkampanye singkat sebagai calon presiden kelas kuartal ini, mereka membuat saya terkejut. Lika mengedepankan bahwa ia akan memimpin dengan kemampuannya menjalin hubungan yang baik dengan semua anggota kelas. Saras memberi tawaran program baru dan solusi yang terstruktur ; majalah kelas dan kotak saran. Teman-teman yang mendengarkan kampanye mereka dan terus menghujani mereka dengan pertanyaan-pertanyaan, tampak terkesan dan kebingungan. Mereka punya dua kandidat yang menarik. Ide-ide Saras sungguh menarik.

Lika menjadi presiden. Saras tidak keberatan. Ia pun menjadi salah satu menteri yang dipilih Lika. Sebenarnya apa yang dilakukan Lika, memperhatikan dan menghargai kinerja timnya, bukanlah hal yang aneh karena itulah yang dijanjikan Lika saat ia berkampanye. Lagipula menurut saya, tidak semua pemimpin bisa memberi apresiasi pada anggota timnya. Ya, tidak?

Ia mengadopsi cara kami guru-gurunya memberi penghargaan kecil, medali dengan tulisan tangan penuh stiker, tetapi berarti besar. Ketika murid-murid kami menerima penghargaan itu dengan bangga dan sangat gembira, kami juga senang. Penghargaan kecil kami ternyata berarti.
Ketika hari ini, saya melihat pekerjaan kami berbuah pada sikap Lika, Mini, dan mungkin teman-teman lainnya, saya sudah tidak bisa mendeskripsikan perasaan saya lagi. Amat terkesan. Itu saja barangkali.

1 comment:

danu untaria said...
This comment has been removed by a blog administrator.