Tuesday, May 17, 2005

Banyak Cara Untuk Bercerita

Dua minggu yang lalu, teman saya bersedia menjadi tamu di kelas saya. Teman saya, Adi Respati, menguasai bahasa isyarat. Saya mengundangnya karena kelas saya sedang belajar tentang berbagai cara berkomunikasi, termasuk perkenalan pada huruf Braille dan bahasa isyarat.

Anak-anak senang kedatangan tamu. Saya juga senang, karena bisa bebas mengajar satu jam, hehehehe. Bercanda. Anak-anak saya sangat gembira ketika itu. Kebetulan di acara Out of The Box-nya Disney Channel sehari sebelumnya ada materi tentang bahasa isyarat. Tamunya belum datang, anak-anak sudah pamer pada saya bagaimana caranya menyanyikan lagu penutup acara itu dalam bahasa isyarat. Mereka benar-benar sudah siap lahir batin hari itu.

Pak Adi (begitu anak-anak memanggilnya) tampil memukau di kelas. Ia sudah membuat anak-anak tertawa dan tertarik dalam dua menit pertama. Adi bercerita tentang sejarah bahasa isyarat, bagaimana bahasa isyarat mulai dipakai di Indonesia, dan juga tentang sebuah desa di Bali yang penduduknya menggunakan bahasa isyarat karena mayoritas bisu dan tuli.

Sesi berikutnya, Adi menunjukkan cara membuat isyarat untuk nama seseorang dan meminta anak-anak membuat isyarat untuk namanya sendiri. jadi ada Dito yang Pendiam, Dara yang Selalu Senyum, Saras si Tukang Tanya, Mini yang Pandai Menyanyi, Mita yang Suka Menggambar, Lika yang Tinggi, Chandra yang suka main playstation, dan Adam yang Suka Mobil. Anak-anak belajar bilang 'horeeee' atau 'hebat' dengan mengangkat tangan sambil menggerak-gerakkannya sebagai ganti tepuk tangan. Orang tuna rungu kan tidak bisa mendengar suara tepuk tangan.

Kegiatan berlanjut dengan belajar mengeja, main tebak kata sambil mengeja, dan yang paling seru: menanyakan apa isyarat untuk kata "....". Isilah titik-titik tadi dengan kata apa saja! Anak-anak bertanya tentang isyarat ayah, ibu, selamat pagi, cantik, sampai unik dan meteor. Cobalah bayangkan! Anak-anak maupun Adi sama-sama excited-nya dan hampir-hampir tidak mau berhenti. Kami sampai kehilangan jam makan siang.

Sampai hari ini anak-anak masih suka mengadakan kontes diam, dan hanya bicara dengan mengeja alfabet dalam isyarat. Kemarin salah satu ibu mereka sampai 'mengeluh' pada saya karena anaknya protes. Mama gimana sih kok nggak bisa? Si Ibu hanya menjawab, "Mama waktu sekolah nggak pernah diajarin, Mbak...".

Hehehe. Kasihan ibu-ibu. Suka kena tulah isengnya Bu Tia. Kakak Mini juga protes pada ibunya, "Ngapain sih bu, si adek belajar bahasa isyarat segala?'

Bukan untuk menguasai bahasa isyarat sebenarnya. Saya hanya ingin anak-anak tahu dan sadar bahwa ada banyak cara untuk bercerita. Bahasa Indonesia dan Inggris hanya dua dari entah berapa bahasa di luar sana. Huruf latin hanya sedikit dari entah berapa jenis alfabet yang dikembangkan manusia sepanjang masa sejarah. Orang tidak selalu menulis dari kiri ke kanan. Orang tidak selalu mengangguk untuk bilang iya.

Ada ratusan cara untuk menyampaikan dan mendengarkan cerita, baik pada teman-teman yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tidak bisa bicara, tidak bisa membaca, atau yang berbicara dengan bahasa berbeda.

*Terimakasih banyak untuk Adi Respati yang sudah bercerita pada kami.

3 comments:

Anonymous said...

semenjak membaca ini, saya jadi tertarik untuk mempelajari bahasa isyarat. karena ternyata tidak perlu kata-kata untuk mengerti maksud seseorang
-ank UAJ-

Anonymous said...

bisa tolong saya dengan memberikan contoh gambar bahasa isyarat? saya mencari tapi belum menemukan sama sekali, bahkan untuk buku pun harus mengantri, masih sulit, saya butuh mempelajarinya secara cepat, karena keadaan fisik saya. terima kasih....

Anonymous said...

bisa tolong saya dengan memberikan contoh gambar bahasa isyarat? saya mencari tapi belum menemukan sama sekali, bahkan untuk buku pun harus mengantri, masih sulit, saya butuh mempelajarinya secara cepat, karena keadaan fisik saya. terima kasih....
tolong di khanyamaharani@yahoo.com