Saturday, May 07, 2005

Optimis

Hari ini, sekali lagi, saya terjebak keharusan ikut training di sebuah sekolah di Pondok Labu. Sigh. Saya sebenarnya malas sekali. Tapi minggu lalu saya sudah berhasil lolos dan akhirnya sibuk belanja bahan di Pasar Mayestik bersama teman-teman perempuan. Masa minggu ini mangkir lagi.

Jadilah tadi saya pergi, berdua dengan teman saya. Di depan sekolah kami menatap papan materi dan ruangan. Reading Assesement, sudah pernah. Social Studies, untuk anak SMP. Writing Assesement, sedang ngantuk. Movement Education for All Ages. Naaaa..... kami langsung ke ruang serbaguna lantai tiga. Mengintip ke dalam. Musik menyala, video sedang disiapkan. Di sekeliling ruangan ada simpai-simpai bertebaran, bean bags, bola, dan sebagainya. Penuh warna. Laura si instruktur pakai celana pendek dan sepatu olah raga. Menarik kan?

Peserta yang lain masuk dengan training suit DAN tas olahraga berisi baju ganti. Saya berpandangan dengan teman saya tadi. Jadi nih? Jelas sudah kami salah kostum. Kemeja dan selop hak tinggi sungguh nggak matching dengan topik hari ini. Teman saya angkat bahu, sudahlah. Jadi kami pun menghabiskan setengah hari loncat ke sana kemari, bergulingan, pura-pura jadi bintang laut, bola, tembok, lilin, atlet dan sebagainya. Tidak ngantuk memang, tapi lengket dan berkeringat.

It was a perfect training for a weekend.

Saya sudah lupa dengan rasa malas yang menyerang kemarin dan tadi pagi. I gain back my optimism. Keluar dari kelas itu saya sudah cukup ceria untuk mengujicobakan pengetahuan baru hari ini.

Saya juga tertular semangat dari teman-teman yang satu profesi. Pak Nas... siapa itu tadi yang minum kopi sama saya waktu coffee break. "Mengajar itu dapatnya kepuasan batin, bukan duit. Ya nggak sih, non? Setiap hari lucu, semangat... saya nggak pernah bosan."

Saya tersenyum. Senang punya teman yang mengerti tentang apa yang saya rasakan setiap hari, kecintaan saya, tanpa harus cerita berpanjang-panjang. Saya juga tersentuh melihat mereka semua hari ini. Mereka bukan guru-guru membosankan yang jarang tersenyum, tidak mau dikritik, galak dan tukang nyuruh mencatat dan mengerjakan soal. Mereka orang-orang yang selalu senang hati berbagi pengalaman, ingin belajar hal baru, ingin membuat anak-anak senang belajar, dan menikmati pekerjaan mereka.

I was soo happy seeing these people ditengah ramainya berita tentang anak bunuh diri dan sekolah ambruk, dan uang sekolah yang tidak terbayar. Memang orang-orang ini, kami, tidak bisa menyentuh semua anak di negara ini. Tapi kan tangan kami cuma dua. Anyway, training-training tadi juga diselenggarakan buat sekolah-sekolah negeri. Wah, saya makin semangat.

I might sound too optimistic in this blog.Tapi semua yang saya lihat hari ini memang menyalakan tombol optimis itu tadi. Senang lho...

1 comment:

Tin said...

hmm...senangnya yach....ketemu ama yg sepikiran..i wish i could join you ^_^