Saya ingin berbagi sebuah tulisan yang dibuat oleh Mita. Waktu itu kami baru saja menonton film The Miracle Worker. Saya meminta anak-anak menuliskan kembali apa yang mereka tonton. Saya cukup terkesan karena Mita mulai bertutur lancar, runut, dan... eh, ternyata dia sudah memakai kalimat majemuk!
Helen Keller adalah anak yang tidak bisa melihat dan mendengar. Helen Keller tinggal di Amerika. Dia sekolah dengan seorang guru bernama Anne Sullivan. Anne Sullivan mengajar Helen Keller berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat dengan cara meraba telapak tangan yang menyerupai huruf. Suatu hari, Ayah Helen Keller tidak setuju kalau Anne Sullivan bisa mengajar Helen dengan baik. Ayah Helen Keller memberi waktu dua minggu untuk mengajar Helen Keller di rumah yang terletak di dekat hutan. Hari pertama Hellen Keller belajar kata doll. Kemudian ia belajar banyak kata-kata seperti leaf, flower, pump. Selain itu Anne Sullivan juga mengajarkan bagaimana cara makan dengan benar menggunakan sendok dan garpu. Ia juga mengajar cara menggunakan dan melipat serbet dengan benar. Suatu hari Ayah Helen Keller datang membawa anjing menemani Helen. Pada hari itu juga Helen belajar kata dog. Ayah Helen Keller sangat senang dengan keberhasilan Helen. Setelah dua minggu berlalu ayahnya Helen datang untuk menjemputnya dan mengajaknya makan siang bersama keluarga. Saat Helen sudah dewasa ia mendapat suatu penghargaan dari presiden.
Sebetulnya, saya tidak tahu seperti apa anak kelas 2 SD pada umumnya menulis.
Di dalam kurikulum nasional untuk kelas 2, tidak terlalu banyak materi mengarang bebas atau membuat laporan. Anak-anak baru diharapkan sampai pada tahap membuat kalimat sederhana, menceritakan dan mengurutkan beberapa gambar menjadi satu cerita, atau menulis percakapan sederhana.
Saya, senang sekali membuat kegiatan menulis untuk anak-anak. Kemampuan verbal mereka sudah semakin baik. Mereka sudah ingin bercerita lebih banyak dari gambar-gambar yang biasa mereka buat. Kesempatan baik, bukan, untuk membuat mereka terbiasa menulis?
Awalnya tentu jauh sekali dari tulisan Mita. Hanya satu orang yang sudah bisa menulis lebih dari lima kalimat dengan lancar, dan itu bukan Mita. Lainnya? Tiga kalimat lalu berhenti."Apa lagi bu???". Dua orang belum bisa membuat spasi di antara kata, juga masih berjuang untuk bisa membaca dengan lancar.
Saya setengah memaksa mereka menulis, sebenarnya. Saya menggunakan berbagai taktik. Saya potong kertas-kertas berbentuk daun, kapal, dan entah apalagi. Mereka saya minta menulis di kertas-kertas itu. Mereka tidak sadar, ketika menulis di enam helai daun kertas, sebenarnya mereka sudah menulis satu halaman folio. Hahaha... guru harus bisa jadi tukang sulap juga.
Saya menahan diri untuk tidak selalu mencerca ejaan dan tanda baca mereka. Saya ingin, anak-anak melepaskan dirinya untuk menulis.
Saya perkenalkan cara membuat web/mindmap/jaring tema untuk membuat kerangka karangan. Saya agak pesimis, sampai kemudian kaget sendiri karena melihat anak-anak merapatkan acara liburannya MENGGUNAKAN mindmap itu tadi. It worked very well though, karena sejak itu anak-anak bisa menulis cukup lancar. Lancar berarti mereka tidak merasa kehabisan ide, mereka bisa menulis semua hal yang ingin mereka tulis tanpa ada yang hilang, dan mereka bisa menikmati kegiatan itu selama satu jam tanpa putus.
Akhir-akhir ini saya menikmati sekali membaca tugas-tugas menulis mereka. Terkesima sendiri. Kok mereka bisa ya menulis seperti itu? Mengingat hari-hari pertama mereka di kelas 2... tidak bisa menulis di atas garis.... Hehehe.
They grow very fast.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment