Sudah beberapa hari, The English Teacher meletakkan satu toples biskuit berbentuk bulan sabit di kelas. Biskuit itu menjadi perhatian Adinda. Ia bahkan dengan khusus mendatangi si ibu guru untuk minta kantong plastik agar bisa membawa beberapa biskuit pulang.
Maklum, Adinda sedang belajar puasa.
Keesokan paginya, di jam istirahat, Adinda mendatangi saya. " Bu, tadi pagi aku sudah nangis, jadi puasaku batal. Aku nggak puasa hari ini." Saya manggut-manggut dan Adinda menghabiskan setengah cadangan makan siang yang disiapkan ibunya. Setelah itu, "Bu, aku minta biskuitnya, dong. Dua ya.."
Dan dua lagi.
Dan satu lagi.
Saya tidak ingat persis bagaimana ceritanya, tapi hari itu si biskuit jadi terkenal. Anak-anak mulai mengatur siasat. Riri dan Dila memilih untuk membungkus beberapa biskuit dengan tissue, lalu mengelemnya hati-hati sekali dengan selotip. Mereka memutuskan untuk memakannya saat buka puasa.
Dhimas, Agung, dan Dhiadri (tidak seperti biasanya) main bola sampai bersimbah keringat. Mereka bilang, "I want to break my fast now!" dan minum beberapa teguk. Beberapa saat kemudian mereka datang ke saya.
"Bu Tia, May I have some biscuits please?"
Hihihi. Saya beri masing-masing empat buah.
Sekarang biskuit itu sudah habis tak bersisa. Anak-anak kembali puasa seperti biasa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment