Seharian ini (tentunya di jam pelajaran saya) anak-anak sudah mirip dengan cicak di dinding. Semua menempel sampai mata mereka hanya 3 cm dari dinding, semua saling tumpang tindih.
Sebagian besar anak-anak di kelas saya sudah cukup lancar menuliskan alamat rumah mereka sendiri, meski tidak kenal RT/RW, kelurahan dan kecamatan. Saya beri mereka masing-masing sebuah stiker untuk dinamai, dan kemudian menempelkannya di peta Jakarta. It was a very fun hide and seek game.
"Rumahku di dekat Kebun Binatang Ragunan. Aku tahu itu. Sekarang di mana Kebun Binatangnya?"
"Ibu, Ibu, aku tidak bisa menemukan Jalan K.H Ahmad
Dahlan. Harusnya di dekat rumah Dhimas, tapi Dhimas belum menempelkan
stikernya."
"Ini jalan yang aku lewati setiap hari, Bu. Tapi
jalannya habis di sini. Rumahku tidak kelihatan lagi di peta." Hihi. Ya tentu
Nak, rumahmu jauh di Bekasi, sedangkan ini hanya peta Jakarta. Lain kali kita
pasang peta Jabotabek.
"Rumahku di Kebayoran Baru. Tapi Ini Kebayoran Lama.
Kebayoran Baru ada di sebelah mana?"
Setelah 30 menit berlalu, anak-anak masuk ke babak berikutnya. Mereka mulai membandingkan jarak rumah masing-masing. Oh, ternyata rumah Agung dan Musa hanya berjarak beberapa gang saja. Ternyata rumah Dhiadri dan Dhimas dekat dengan Mall Itu. Ternyata tempat latihan baseball itu jauh juga ya dari rumah. Ternyata rumah Ai yang paling dekat dengan sekolah.
Anak-anak terus berlanjut menjadi cicak di dinding sambil bermain 'Saya lihat... MONAS! Saya lihat... STASIUN KOTA!' Seru sekali.
Saya hampir-hampir tidak melakukan apa-apa selain membantu menyiapkan stiker dan menggilir anak-anak bergantian menempelkan stiker-stiker mereka.
Mungkin nanti kalau saya punya 20 murid, saya harus menempel 2 peta.
No comments:
Post a Comment