Monday, October 03, 2005

Cermin, Cermin

Tema tentang Respect, atau Penghargaan adalah salah satu tema yang paling saya gemari di kelas. Dalam tema ini anak-anak punya banyak kesempatan untuk mengeksplorasi konsep dirinya dan cara pandang mereka pada orang lain maupun hubungan mereka dengan orang lain. Saya selalu merasa bersemangat untuk mengamati perkembangan mereka dari hari ke hari dalam bahasan tema ini. Lebih lagi, tema ini selalu berhasil mengalir begitu saja dan tidak pernah membosankan.

Dari buku Living Values for Education Age 3-7 saya menemukan sebuah kegiatan unik yang selalu saya jadikan kegiatan pembuka untuk tema ini. Judulnya, Cermin, Cermin.

Biasanya saya mulai dengan diskusi pagi di karpet. Saya katakan pada anak-anak bahwa ada seseorang yang sangat istimewa yang ingin menemui mereka. Anak-anak selalu excited 'kedatangan tamu'. Saya katakan, orang yang sangat istimewa ini hanya mau menemui mereka satu persatu. To this level, normally my children were halfway to jump. Saya akan menambahkan bahwa saya ingin orang istimewa ini menemui mereka karena orang ini adalah orang yang baik hati, pintar dan banyak tersenyum. Saya minta mereka mencari apa istimewanya orang ini.

Satu per satu anak saya minta pergi ke ruang sebelah. Tanpa sepengetahuan mereka saya sudah memasang sebuah cermin di ruang sebelah yang kosong. Ya, sebenarnya tamu istimewa yang harus mereka temui adalah mereka sendiri. Saya, sebagai dalang atas semua ini akan sangat menikmati suasana di mana ada sekelompok anak yang tegang menunggu giliran, sementara setiap anak yang kembali dari ruang sebelah akan tertawa terkikik-kikik tanpa berani buka mulut. Sudah saya wanti-wanti untuk tidak bercerita sedikitpun mengenai pertemuan itu.

Dhimas tadi memanggil saya sambil berbisik ketika sedang menunggu giliran, "I think I know who he is. A clown."

Kami akan mengakhiri kegiatan ini dengan berkumpul lagi di karpet dan berbagi cerita. Benarkah apa yang Bu Tia katakan tadi, tentang orang yang sangat istimewa? Sambil masih tersenyum-senyum mereka akan mengangguk mengiyakan. Beberapa tampak sumringah, tiba-tiba merasa sangat istimewa.

Apa istimewanya?

Jawaban yang berloncatan dari mulut mereka adalah jawaban serupa; Aku cuma satu. Aku unik. Tidak ada yang sama dengan aku.

Setelah kegiatan seperti ini, tidak pernah sulit bagi anak-anak untuk mulai menggali hal-hal yang baik dari dirinya. Dari hal besar seperti "Aku tahu banyak hal" sampai hal kecil seperti "Aku cepat tenang lagi kalau sedang marah."
Setelah sekian kegiatan, anak-anak akan dengan cepat merefleksikan pemahaman bahwa setiap orang berbeda-beda, tidak ada yang sama. Tidak juga teman sepermainanku, kakak atau adikku. Tak ada lagi yang sulit dengan memahami bahwa kita harus menghargai perbedaan-perbedaan itu setelah sampai di titik ini.




2 comments:

Tin said...

nice method, ti...

Nauval Yazid said...

a good understanding towards recognizing differences should really come from inside, that each and every person is made aware of their own uniqueness and difference.

glad you show that to these bright lads, ti :)