Saya heran bagaimana anak-anak di kelas bisa mengenal saya begitu baiknya. Mereka tahu apa yang membuat saya tertawa dan marah. Mereka hafal betul apa yang akan saya lakukan untuk merespon tingkah laku mereka. Kadang-kadang, mereka memanfaatkan itu dengan sangat baik.
Kemarin, salah seorang anak di kelas saya dengan sengaja mengganggu temannya selama kami bersiap-siap pulang. Temannya sudah mulai marah. Setelah dua kali memperingatkan, tangannya tetap usil, saya memintanya menunggu sebentar sampai semua teman-temannya pulang, baru ia bisa pulang. Alasannya sesederhana ini: kalau kamu tidak bisa menahan diri untuk tidak menggangu orang lain, bu tia akan membantu membuatnya lebih mudah. Kalau tidak ada teman, tidak perlu menahan diri untuk tidak menggangu, bukan?
Saya pikir ia sudah berlari ke aula, tetapi ketika saya keluar kelas, ia ada di depan pintu menunggu saya. Ternyata ia ingin mengatakan sesuatu yang ia tidak ingin teman-temannya tahu. Ia tidak ingin teman-temannya lalu bertanya ada apa.
Dalam sekejab saya langsung tahu apa maksudnya iseng pada teman-temannya. Saya jadi tahu juga tatapan mata tanpa rasa bersalah yang dipamerkan pada saya ketika saya menyuruhnya tinggal.
Lalu, saya terharu karena setelah sekian lama, ia percaya pada saya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment